Selasa 04 Nov 2014 23:54 WIB

Meski Kecil, Aset Bank Syariah Tumbuh Hingga 30 Persen

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas melayani nasabah di banking hall salah satu kantor cabang Bank Syariah Bukopin, Jakarta, Kamis (25/9).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di banking hall salah satu kantor cabang Bank Syariah Bukopin, Jakarta, Kamis (25/9).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Jumlah aset di perbankan syariah di Indonesia terus tumbuh hingga 30 persen per tahun meski total kontribusinya baru 5 persen dari aset perbankan total. Direktur Utama Bank Syariah Bukopin (BSB), Riyanto mengatakan, sebenarnya kontribusi aset perbankan syariah di Tanah Air terus bertambah.

“Bahkan pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia dalam kisaran 23 sampai 30 persen per tahun. Sementara bank konvensional di Indonesia pertumbuhannya hanya 10 persen,” kata Riyanto kepada Republika disela-sela acara seminar Indonesia International Conference on Islamic Finance di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Selasa (4/11).

Namun, kontribusi aset bank syariah baru 4,9 persen dari keseluruhan bank di Indonesia karena bank konvensional memiliki akumulasi aset yang memang sudah banyak, yaitu sekitar Rp 2.000 triliun. Sedangkan aset total bank syariah hanya kurang lebih Rp 200 triliun. “Jadi bank syariah tidak bisa bersaing head to head dengan bank konvensional karena tidak seimbang (jumlah asetnya),” ujarnya.

Tetapi bagaimanapun, pihaknya menilai bahwa bank syariah tetap berkembang karena asetnya terus tumbuh. Selain itu, jumlah nasabah dan pangsa pasar diakuinya juga bertambah. Untuk tetap memacu pertumbuhan bank syariah, kata Riyanto, sebenarnya ada cetak biru (blue print) pertumbuhan bank syariah yang diperbarui setiap tahun. Dia menjelaskan, dalam blue print itu terdapat tiga target pertumbuhan.

Pertama target pertumbuhan optimistis, kedua target pertumbuhan menengah, dan terakhir target pertumbuhan pesimistis. “Untuk target pertumbuhan optimistis yaitu diatas 30 persen, target pertumbuhan menengah atau moderat sebesar 20-30 persen, dan target pesimistis dibawah 20 persen,” ujarnya.

Namun sayangnya, pihaknya mengakui pembaruan blue print itu kini terkendala. Ini karena peralihan pengambil alihan persoalan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Padahal dengan konsep target pertumbuhan blue print itu maka ada fokus sasaran yang kita capai,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement