Ahad 02 Nov 2014 17:12 WIB

Hadapi MEA, Ini Saran Mantan Gubernur BI Bagi Perbankan Nasional

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Indira Rezkisari
Nasabah melakukan transaksi di salah satu cabang Bank Mandiri Syariah di Jakarta,Kamis (18/9).(Prayogi/Republika)
Foto: Prayogi/Republika
Nasabah melakukan transaksi di salah satu cabang Bank Mandiri Syariah di Jakarta,Kamis (18/9).(Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jauhnya perbandingan aset bank nasional dengan bank-bank asing di kawasan ASEAN menuntut adanya konsolidasi perbankan oleh pemerintan. Ini menjadi penting mengingat Indonesia akan segera mengahadapi persaingan bebas ASEAN melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah mengimbau pemerintah untuk peduli terhadap pertumbuhan perbankan nasional, setidaknya pada bank-bank BUMN. Pemerintah juga perlu memaparkan pada publik rencana untuk memperbesar bank-bank pelat merah agar menjadi pemain utama di ASEAN.

Bank-bank BUMN hendaknya diarahkan untuk siap bersaing menghadapi bank asing dan bukan saling bersaing sendiri di antara bank-bank milik pemerintah. Pemerintah juga harus jelas hendak seperti apa bank-bank BUMN dibawa ke depan.

Menurut Burhanuddin, bank-bank BUMN perlu dikonsolidasi. Sepanjang pemerintah memiliki arah yang jelas, proses konsolidasi tidak terlalu sulit dijalankan. Prosesnya juga tidak memakan waktu lama karena pemerintah terbukti mampu melakukan konsolidasi seperti yang pernah dilakukan terhadap Bank Mandiri dan Bank Permata.

''Yang butuh proses adalah mensinkronkan berbagai kultur dan teknologi di tiap-tiap bank,'' ungkap Burhanuddin akhir pekan lalu.

Ia menyebut aset perbankan nasional hanya sebesar 40 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu jauh tertinggal dibandingkan perbankan di Malaysia yang sebesar 150 persen dari PDB atau Jepang yang mencapai 300 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement