REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Lembaga Pemeringkat Fitch Rating mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) di 'BB'. Fitch Ratings Indonesia juga telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang di 'AA-'.
Afirmasi terhadap peringkat dilakukan setelah adanya perjanjian dari TBIG dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom/TLKM) untuk mengakuisisi kepemilikan di bisnis menara Telkom. "Walaupun perjanjian tersebut meningkatkan skala TBIG dan komposisi penyewa, Fitch berpendapat tingginya tingkat hutang dari TBIG membatasi potensi tindakan pemeringkatan positif," ujar Nitin Soni, Analis Utama Fitch dalam keterangannya, Jumat (31/10).
TBIG dan Telkom baru saja menyelesaikan aksi korporasi atas anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). Saham Telkom di Mitratel ditukar dengan 290 juta saham baru dari TBIG.
Perjanjian tersebut akan membuat TBIG menjadi operator menara independen terbesar di Indonesia. Portfolio menara dari TBI akan tumbuh sebesar 35 persen dan menempatkannya di depan pesaing terdekatnya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia.
Meskipun demikian, Fitch menilai tingkat utang TBIG tetap tinggi. Mitratel memiliki utang sebesar Rp 3,1 triliun dan kas Rp 400 miliar di akhir Juni 2014. "Utang dan kas ini akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan TBI setelah kesepakatan selesai," kata Soni.
Fitch juga memperkirakan marjin pendapatan sebelum pajak, bunga, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) TBIG setelah akuisisi akan turun menjadi 78 persen dari saat ini 82 persen. Penurunan disebabkan oleh kecilnya keuntungan yang diperoleh dari bisnis Mitratel, yaitu menjual ulang hak sewa pada menara yang tidak perusahaan miliki.
Akan tetapi, Fitch memperkirakan marjin akan membaik secara bertahap. Karena, TBIG akan meningkatkan rasio penyewa melalui kolokasi lebih banyak penyewa.