Kamis 30 Oct 2014 12:13 WIB

MRT tak Akan Turunkan Penjualan Kendaraan Bermotor

Rep: Satya Festiani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja mulai ngerjakan proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di halaman Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (15/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pekerja mulai ngerjakan proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di halaman Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (15/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan transportasi publik seperti Mass Rapid Transit (MRT) dianggap tidak akan menurunkan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Alasannya, masyarakat masih akan menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju halte atau stasiun transportasi publik tersebut.

Direktur Keuangan dan Kepatuhan PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk I Dewa Made Susila mengatakan, struktur Indonesia mirip AS. AS merupakan negara maju yang memiliki transportasi publik yang lengkap, tetapi AS masih menjadi pasar otomotif terbesar.

"Penjualan mobil dan motor di Indonesia tidak akan turun apabila ada transportasi publik. Orang-orang nanti memilih parkir di sekitar stasiun, lalu memakai transportasi publik untuk masuk ke pusat kota," ujar Made dalam acara Adira Meeting with Journalists, Kamis (30/10).

Adira meyakini bahwa masa depan perusahaan pembiayaan masih akan cemerlang. Hal itu didorong oleh daya beli masyarakat. Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen dalam 10 tahun terakhir. "Itu mendorong daya beli masyarakat," ujarnya.

Indonesia juga merupakan pasar yang besar dimana populasi kelas menengah terus bertumbuh. Boston Consulting Group memprediksi terdapat jumlah yang besar pada populasi Indonesia yang akan masuk kelas menengah. Saat ini terdapat 74 juta jiwa kelas menengah di Indonesia. Diprediksikan angka tersebut mencapai 141 juta jiwa pada 2020.

Penetrasi kendaraan bermotor di Indonesia juga masih rendah. Untuk mobil, penetrasi hanya sebesar 8 persen dari total populasi. Di negara tetangga, seperti Malaysia, penetrasi mobil sebesar 33 persen. "Masih ada ruang untuk pertumbuhan industri," ujarnya.

Pendorong lainnya adalah ketersediaan kredit. Sekitar 65-70 persen pembelian kendaraan bermotor di Indonesia dilakukan melalui kredit. Selain itu, pertumbuhan kelas menengah memiliki peningkatan pengeluaran pada segmen inti seperti perlengkapan rumah tangga dan kendaraan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement