Selasa 28 Oct 2014 12:00 WIB

Harga BBM Naik, Inflasi Harus Dikendalikan

Rep: Elba Damhuri/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Warga menunggu kiriman BBM di salah satu SPBU di jalur pantura, Indramayu, Jawa Barat, Ahad (24/8).
Warga menunggu kiriman BBM di salah satu SPBU di jalur pantura, Indramayu, Jawa Barat, Ahad (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keseimbangan fiskal pada APBN menjadi pekerjaan yang harus dibereskan Pemerintahan Jokowi. Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Muslimin Anwar mengatakan kenaikan harga BBM pun tidak dapat dihindari untuk menjaga neraca keuangan negara agar lebih baik.

"Dampak dari kenaikan harga BBM adalah melonjaknya inflasi," kata pengajar ekonomi UI ini di Jakarta, Selasa (28/10).

Jika harga BBM bersubsidi dinaikkan sebesar Rp 3.000 per liter, jelas Muslimin, akan memberikan dampak tambahan inflasi sekitar 3,3 persen.  Pada setiap kenaikan Rp 1.000 per liter memberikan akibat tambahan inflasi 1,1 persen.

Menurut Muslimin, dampak kenaikan inflasi juga bergantung kepada besaran tarif angkutan yang akan menyesuaikan harganya. Sebagaimana kejadian serupa pada 2014, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akan berlangsung secara temporer sekitar tiga bulan sebelum kembali ke pola normalnya pada bulan keempat.

Muslimin meminta pemerintah dan Bank Indonesia (BI) perlu mengendalikan inflasi sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Ini bisa dilakukan dengan memperkuat koordinasi terkait arah kebijakan BBM bersubsidi untuk periode 2014-2015.

Langkah lainnya, sambung Muslimin, adanya respons sinergis antara kebijakan moneter, fiskal, dan sektoral untuk mitigasi potensi dampak negatif terhadap stabilitas ekonomi. Koordinasi BI dan pemerintah daerah juga diperlukan untuk mengantisipasi dampak kebijakan BBM bersubsidi terhadap harga-harga secara langsung maupun tidak langsung terhadap inflasi daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement