REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara meminta perusahaan-perusahaan BUMN khususnya di sektor energi, pertambangan, percetakan, dan pariwisata saling bersinergi. Sinergi berguna untuk meningkatkan kinerja dan kontribusinya terhadap pendapatan negara.
Permintaan itu mengemuka dalam Fokus Group Discussion (FGD) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015 BUMN Keasdepan Usaha Energi, Pertambangan, Percetakan, dan Pariwisata, Jumat (24/10). "Saya harap antarperusahaan BUMN bisa saling membantu di berbagai aspek," kata Asisten Deputi Bidang Usaha Energi, Pertambangan, Percetakan, dan Pariwisata Kementerian BUMN Didik Prasetyo.
Ia menilai perusahaan-perusahaan BUMN di sektor Energi, Pertambangan, Percetakan, dan Pariwisata hingga saat ini memiliki kondisi yang berbeda baik dari segi aset maupun pendapatan. Keadaan itu, kata dia, seharusnya dapat disadari perusahaan-perusahaan yang telah merasa memiliki aset lebih besar untuk membantu yang lebih kecil.
"Kebetulan BUMN yang bergerak di sektor itu (energi, pertambangan, percetakan, dan pariwisata) sekarang ini memang cukup unik, ada yang asetnya cukup tinggi, ada pula yang masih kecil," kata dia. Perusahaan-perusahaan BUMN yang masih perlu dibantu, Didik mencontohkan, antara lain Perum Produksi Film Negara (PFN) dan PT Balai Pustaka.
Menurut dia, wujud sinergi yang ia maksudkan tidak harus berbentuk bantuan dana, melainkan berupa projek yang dapat dikerjakan oleh perusahaan BUMN lainnya. Perusahaan Minyak dan Gas, misalnya dapat meminta Perum Produksi Film Negara (PFN) untuk mendokumentasikan proses eksplorasi, eksploitasi, hingga proses bisnisnya dalam bentuk film.
"Perusahaan BUMN yang besar lainnya juga dapat menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR)-nya misalnya dalam bentuk buku-buku untuk lembaga pendidikan yang dapat dicetak oleh PT. Balai Pustaka," kata dia.
Mantan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN, Wahyu Hidayat menilai upaya sinergi yang didasari rasa saling memiliki antar perusahaan BUMN penting diwujudkan. Apalagi Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015.
"Upaya itu penting dalam arti kata, bisa saling menaikkan derajat satu dengan yang lainnya," kata dia. Menurut Wahyu hingga saat ini terdapat 30 perusahaan dari 138 perusahaan BUMN yang dinilai masih tergolong memiliki aset dan pendapatan kecil.