Rabu 22 Oct 2014 14:02 WIB

Pemerintah Cadangkan 300 Ribu Ton Beras untuk Bencana Alam

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
  Pekerja memindahkan beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Selasa (30/9). (Republika/ Yasin Habibi)
Pekerja memindahkan beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Selasa (30/9). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Perum Bulog menyiapkan 300 ribu ton beras untuk bantuan bencana alam. Termasuk bencana kekeringan. Mengingat, di sejumlah wilayah di tanah air telah mengalami rawan pangan akibat kekeringan.

Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso, mengatakan, stok beras saat ini masih mencapai 2 juta ton beras. Dari jumlah tersebut, 300 ribu tonnya milik pemerintah sebagai cadangan untuk bantuan bila terjadi bencana alam. Sisanya, yakni 1,7 juta merupakan milik Perum Bulog.

"Yang 300 ribu ton itu, telah disalurkan sebagian," ujarnya, kepada ROL, Rabu (22/10).  Karena, sebelum kekeringan di sejumlah wilayah telah terjadi bencana.

Seperti, meletusnya Gunung Sinabung. Karena gunung meletus ini, pemerintah telah memberikan bantuan. Salah satunya bantuan logistik berbentuk beras.

Untuk besaran bantuannya, lanjut Sutarto, tergantung dari pengajuan masing-masing pemerintah daerah. Jadi, besarannya bervariasi. Akan tetapi, pemerintah membatasi besaran maksimal untuk bantuan beras ini mencapai 100 ton.

Khusus untuk bencana kekeringan, pihaknya belum mendapatkan data daerah mana saja yang telah mengusulkan bantuan. Namun yang jelas, kapanpun Bulog siap menyalurkan beras bantuan itu bila kepala daerah yang bersangkutan sudah memohonkannya. Karena, beras bantuan tersebut sudah tersedia di masing-masing gudang Bulog yang ada di tingkat kabupaten.

Sutarto menjelaskan, sebenarnya musim kemarau saat ini dampaknya bagi ketahanan pangan akan terasa pada tahun depan. Karena, dengan kemarau yang panjang ini, para petani jadi terlambat tanam. Seharusnya, sejak 1 Oktober lalu petani sudah tanam.

Akan tetapi, sepertinya petani di mayoritas daerah mengalami terlambat tanam. Kalau terlambat tanam, maka musim panenpun akan mundur. Akibatnya, masyarakat mengalami musim paceklik. Musim paceklik ini, diprediksi akan terjadi sampai Maret 2015 mendatang.

"Musim paceklik dimaksud yaitu kondisi yang disebut rawan pangan," ujarnya.

Tak hanya bagi masyarakat, musim paceklik ini berdampak juga pada Bulog. Sebab, Bulog tak bisa melakukan penyerapan (pembelian beras) dengan maksimal. Karena, beras di kalangan petaninya juga tak ada. Sedangkan, kebutuhan Bulog untuk menyediakaan beras miskin (raskin) antara 260-300 ribu ton per bulannya.

Dari mana Bulog mendapatkan stok beras? Salah satunya, lanjut Sutarto melalui impor beras. Kenapa harus impor? Karena, hasil produksi pertanian di Indonesia selalu minus. Tahun ini saja, Indonesia kekurangan 1,4 juta ton beras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement