REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat signifikan. Otoritas dan para ekonom menyebutkan penguatan rupiah disebabkan oleh dilantiknya Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hari ini.
Dalam data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) atau kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah pada Senin (20/10) ditransaksikan pada Rp 12.041 per dolar AS, menguat Rp 181 dari Jumat (17/10) yang ditransaksikan pada Rp 12.222 per dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, penguatan rupiah pada hari ini disebabkan oleh faktor domestik dan internasional. "Faktor domestiknya adalah bahwa pelantikan Jokowi berlangsung lancar dan Prabowo dan Hatta Rajasa juga hadir," ujar Mirza dalam pesan singkatnya, Senin (20/10). Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa memang tampak menghadiri pelantikan Jokowi-JK.
Sementara itu, faktor international dari penguatan rupiah adalah meredanya kekhawatiran bahwa suku bunga AS akan dipercepat waktu kenaikannya. Meredanya kekhawatiran tersebut juga membuat mata uang di negara-negara lain menguat terhadap dolar AS.
Analis Pasar Uang Farial Anwar mengatakan, dari sisi dunia, mata uang dunia terhadap dolar AS memang menguat. Penguatan rupiah juga didorong oleh pelantikan Jokowi yang berjalan sesuai rencana. Namun, menurutnya, respons tersebut hanya sesaat.
Alasannya, pasar masih menunggu pembentukan kabinet. "Kita belum tahu siapa pengisi kabinet yang katanya profesional sesuai keahlian. Ini kita tunggu, siapa pengisi dari menteri-menteri dan yang sangat penting di bidang ekonomi," ujarnya.
Pasar juga menunggu realisasi janji Jokowi, terutama di bidang ekonomi. Jika tidak sesuai, rupiah dapat kembali melemah. Farial mengatakan, rupiah sangat mudah terkena sentimen. Ia pun memprediksikan bahwa rupiah pada akhir tahun berpotensi melemah karena suplai dolar AS tidak seimbang.