Ahad 19 Oct 2014 13:41 WIB

OJK: Perusahaan Tambang Lebih Baik IPO

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Pertambangan Grasberg PT Freeport  (ilustrasi)
Foto: Antara Foto
Pertambangan Grasberg PT Freeport (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan pihaknya dan Bursa Efek Indonesia tengah mendorong perusahaan tambang minerba. Khususnya perusahaan yang memiliki kinerja bagus untuk  bisa IPO. Meski perusahaan itu belum beroperasi secara  komersial.

''Jika disamakan dengan peraturan umum yang ada  sekarang misalnya harus untung tiga tahun berturut, tentu  perusahaan yang baru beroperasi butuh modal besar untuk  ekspolarasi sebelum eksploitasi. Maka ada persyaratan khusus  dan kewajiban keterbukaan informasi yang dibutuhkan,'' tutur  Nurhaida.

 Ketentuannya sudah dibuat dan ditelaah OJK serta sudah dikembalikan ke BEI untuk finalisasi. Aturan IPO perusahaan tambang minerba itu ditargetkan rampung sebelum akhir 2014 ini.

Selain mendorong pertambahan suplain produk investasi, OJK juga terus berupa meningkatkan jumlah investor domestik. Perangkat aturan yang dibutuhkan OJK, kata Nurhaida, adalah untuk membuat pasar dipercaya baik dari sisi regulasi maupun infrastruktur.

Ia juga menekankan pentingnya penegakan hukum agar pasar yakin transaksi yang berjadi berjalan adil. Jika pun ada persoalan maka penindakannya sesuai hukum.

Sebelumnya Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan ada keharusan bagi perusahaan tambang mineral dan batu bara untuk membuat smelter untuk mengolah bijih mineral.

Maka otoritas membuat aturan yang memudahkan mereka mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan smelter. ''Pemahasan mengenai itu bersama OJK pun sudah masuk tahap akhir,'' kata Ito.

Diakui Ito tidak ada insentif khusus untuk itu, yang adalah insetif kemudahan. Setelah peraturan perusahaan tambang miner terbit, SRO akan membahas aturan untuk perusahaan tambang gas.

Dengan tambahan dua perusahaan yang sedang proses IPO, Ito mengatakan akan ada 20 emiten baru yang masuk ke bursa hingga akhir tahun ini. Diakuinya jumlah itu memang di bawah target 30 emiten.

''Kendala yang dihadapi, keadaan ekonomi Indonesia tahun ini tidak sebaik dua tahun lalu, kondisi politik juga banyak membuat calon emiten memundurkan rencana IPO tahun ini,'' ungkap Ito.

Target emiten yang IPO pada 2015 akan dinaikkan menjadi 30  hingga 35 meski target tahun ini tidak tercapai. Target yang tinggi, kata Ito, akan membuat semua unsur di BEI bekerja lebih keras untuk mencapainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement