REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Tingginya konsumsi BBM bersubsidi di masyarakat mendesak pemerintah untuk mencari sumber energi yang dapat menjadi substitusi. Pengalihan sumber energi ke gas dipandang mampu menekan penggunaan BBM bersubsidi.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang IT, Telekomunikasi, Penyiaran, dan Ristek Didi Suwondo mengatakan biaya pengadaan BBM bersubsidi sudah terlampau besar. Oleh karena itu perlu segera dicarikan energi substitusi.
"Energi pengganti yang paling mungkin adalah gas karena Indonesia memiliki potensi besar di situ," kata Didi pada diskusi bertajuk Pengembangan Infrastruktur Migas LNG Receiving Terminal untuk Menunjang Perekonomian Daerah pada Senin (13/10) di Jakarta.
Ia menjelaskan, Indonesia dapat meniru Thailand dalam mengembangkan pembangunan infrastruktur gas. Di Thailand, jelasnya, penggunaan gas sudah menjangkau ke pelosok-pelosok negeri.
Lebih lanjut Didi menambahkan konsep yang ditawarkan oleh Kadin kepada pemerintah adalah tidak adanya pembatasan pembangunan. Sehingga pemerintah tidak boleh melarang pihak-pihak yang akan membangun infrastruktur LNG dan akhirnya tercipta free market.
"Free market akan mendorong terciptanya biaya yang rendah," tegasnya.
Didi menuturkan permintaan gas tidak hanya datang dari sektor transportasi. Akan tetapi permintaan gas juga diperlukan oleh sektor industri. Ia berharap jika pembangunan LNG Receiving Terminal sudah merata maka akan tumbuh pusat-pusat industri di daerah dan ridak hanya terpusat di Jawa. "Dengan program ini komitmen untuk mengurangi subsidi BBM akan lebih realistis," tutupnya.