Jumat 10 Oct 2014 15:31 WIB

Ekspor Kopi, Indonesia Optimistis Rebut Pasar Brasil

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Winda Destiana Putri
Bubuk kopi memiliki banyak manfaat untuk kecantikan.
Foto: breakfastwithaudrey.com.au
Bubuk kopi memiliki banyak manfaat untuk kecantikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan optimistis ekspor kopi sampai akhir tahun bertumbuh. Kondisi itu, dampak dari gagal panennya produsen kopi terbesar dunia Brazil. Sehingga, peluang ekspor kopi dalam negeri sangat besar.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, mengatakan, saat ini harga kopi sedang bagus. Harga kopi robusta dan arabika, antara Rp 60-120 ribu per kilogram. Sedangkan kopi luwak lebih dari 125 dolar AS per kilogram.

"Apalagi, sejak Juni petani kita telah memasuki musim panen kopi," ujar Nus, Jumat (10/10).

Nus menyebutkan, musim panen kopi ini menjadi langkah awal bagi komoditi itu untuk memenuhi permintaan ekspor. Sampai akhir tahun, diprediksi ekspor kopi akan meningkat 10 persen atau setara 1,2 miliar dolar AS.

Komoditi ini, pertumbuhannya cukup tinggi. Sehingga, ekspor kopi tanah air diprediksi tidak akan menemukan kendala. Apalagi, kopi asal Brazil saat ini pertumbuhannya sedang tidak baik. Sehingga, peluang Indonesia untuk merebut pasar ekspor terbuka lebar.

Berdasarkan data, lanjut Nus, ekspor kopi pada 2009 mencapai 824 juta dolar AS. Pada 2010 turun jadi 814 juta dolar AS. Pada 2011, meningkat jadi 1,03 miliar dolar AS.

Pada 2012, ekspor kopi mencapai 448 ribu ton atau setara 1,2 milair dolar AS. 2013 kembali meningkat sampai 534 ribu ton atau setara 1,17 miliar dolar AS.

"Sedangkan ekspor dari Januari sampai Juli kemarin, baru mencapai 192,9 ton atau setara 529,4 juta dolar AS," ujarnya.

Adapun negara tujuan ekspor utama kopi, yakni AS dan Eropa Timur. Bahkan, saat ini berkembang ke countries Tan dan Asia. Seperti, Korea Selatan.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, mengatakan, Indonesia merupakan negara pengekspor kopi nomor empat di dunia. Meski demikian, citarasa kopi nusantara ini nomor satu di dunia. Apalagi, di masing-masing provinsi di tanah air, memiliki kopi yang khas.

"Tidak ada yang bisa mengalahkan cita rasa kopi Indonesia. Kita tetap yang nomor satu be only one," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Leman Pahlevi atau akrab disapa Agam, mengatakan, hasil produksi kopi tahun lalu mengalami penurunan. Biasanya, mencapai 700 ribu ton. Tahun lalu, hanya sampai 500 ribu ton. Kondisi itu, dipengaruhi musim kemarau yang cukup panjang.

"Efek kemaraunya masih terasa ke musim kopi tahun ini," ujarnya.

Meski begitu, sampai akhir musim kopi mendatang, hasil produksi tersebut diprediksi akan mengalami peningkatan. Peningkatannya, mencapai 600 ribu ton. Adapun musim panen kopi itu terhitung sejak Oktober sampai September tahun depan.

Menurut Agam, bisnis kopi tanah air masih menjanjikan. Bahkan, kebutuhan dalam negeri akan komoditi ini mengalami peningkatan. Dalam empat tahun terakhir, angka konsumsi kopi meningkat drastis. Dari 600 gram per kapita menjadi 1,3 kilogram per kapita per tahun.

Akan tetapi, angka konsumsi itu masih rendah jika di banding di Brazil dan Finlandia. Angka konsumsi di Brazil sudah menembus tiga kilogram per kapita per tahun. Sedangkan Finlandia lebih tinggi lagi, yakni antara delapan sampai sepuluh kilogram per kapita per tahun.

"Makanya, petani kita harus menggenjot produksinya. Karena peluang bisnisnya masih cukup tinggi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement