Jumat 10 Oct 2014 09:15 WIB

Ini Alasan BEI Turunkan Nilai Rata-Rata Perdagangan Harian

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
LISTING VIVA. (dari kiri) Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito, Presiden Komisaris Visi Media Asia Anindya Bakrie (dua kanan), dan Presiden Direktur PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) Erick Thohir (kanan) saat listing perdana saham PT Visi Media Asia
Foto: Republika/Wihdan
LISTING VIVA. (dari kiri) Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito, Presiden Komisaris Visi Media Asia Anindya Bakrie (dua kanan), dan Presiden Direktur PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) Erick Thohir (kanan) saat listing perdana saham PT Visi Media Asia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menurunkan nilai rata-rata perdagangan harian 2014 ini dari RP 7 triliun ke Rp 6,4 triliun.

Direktur Utama BEI Ito Warsito mengatakan kebijakan ini didasarkan pada pertimbangan situasi ekonomi Indonesia tidak sebagus perkiraan seperti saat target dibuat akhir tahun lalu. Semester 2 2013 BEI optimistis lesunya kondisi ekonomi nasional bersifat sementara tapi ternyata kondisi tidak banyak berubah di semester 1 2014.

''Kondisi ekonomi nasional di rentang waktu itu tidak terlalu baik meski nilai rata-rata perdagangan naik 11 persen. Usulan penurunan ini nanti akan diajukan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS LB) BEI akhir Oktober ini,'' tutur Ito di BEI, Kamis (9/10).

Ito mengatakan hanya kebijakan itu saja yang akan direvisi karena paling berpengaruh terhadap operasional BEI. Diakuinya laba BEI tahun ini pun turun. Tapi Ito tidak ingin mendahului RUPS LB untuk mengumumkan laba usaha BEI.

Sebagai perusahaan nirlaba, besar laba bagi BEI jadi relatif karena laba digunakan kembali untuk mengembangkan pasar modal. BEI, kata Ito, tidak pernah menaikkan target laba. Tapi capaian laba yang diperoleh akan dilihat untuk alokasi untuk kegiatan badan usaha.

''Sehingga laba BEI naik turun adalah hal biasa. Bisa jadi laba turun karena sedang banyak program yang dilakukan dalam satu tahun itu, terlebih program yang membutuhkan dana besar,'' ungkap Ito.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement