Rabu 01 Oct 2014 17:43 WIB

Wow, Nilai Impor Agustus Meningkat karena Investasi

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Chairman of Statistics Indonesia, Suryamin, explains that inflation in February 2013 reaches 0.75 percent. During a session in Jakarta on Friday (March, 1), he says it is the highest percentage year over year in the last ten consecutive years.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Chairman of Statistics Indonesia, Suryamin, explains that inflation in February 2013 reaches 0.75 percent. During a session in Jakarta on Friday (March, 1), he says it is the highest percentage year over year in the last ten consecutive years.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor Indonesia Agustus 2014 mencapai 14,79 miliar dolar AS. Dibandingkan dengan Juli, nilai impor naik 5,05 persen. Sementara itu jika dibandingkan Agustus 2013, naik 13,69 persen.

Impor non migas Agustus 2014 mencapai 11,39 miliar dolar AS atau naik 14,99 persen dibanding Juli 2014. Sementara bila dibandingkan Agustus 2013 naik 21,99 persen. Impor migas Agustus 2014 mencapai 3,4 miliar dolar AS atau turun 18,54 persen dibanding Juli 2014. Demikian pula jika dibandingkan impor Agustus 2013 turun 7,43 persen.

Baca Juga

Secara kumulatif nilai impor Januari-Agustus 2014 mencapai 118,83 miliar dolar AS. Turun 4,82 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas sebesar 29,37 miliar dolar AS. Turun 1,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sedangkan impor non migas mencapai 89,46 miliar dolar AS atau turun 5,76 persen dibandingkan periode yang sama di 2013. Menurut Kepala BPS Suryamin menurunnya impor migas disebabkan oleh dua faktor. Pertama karena bulan ramadhan dan lebaran telah lewat.

Kedua, karena sudah dimulainya gerakan konversi dari migas ke non migas.Nilai impor non migas terbesar Agustus 2014 adalah golongan barang mesin dan peralatan mekanik yang mencapai 2,31 miliar dolar AS. Suryamin mengatakan kenaikan ini dipicu menigkatnya investasi di Indonesia.

Dengan masuknya investasi maka permintaan terhadap peralatan produksi juga meningkat. "Naiknya impor komoditas ini bisa jadi untuk menggenjot aset atau modal tetap," jelas Suryamin di Jakarta, Rabu (1/10).

Negara pemasok barang impor non migas ditempati oleh Tiongkok dengan nilai 2,39 miliar dolar AS (20,94 persen). Posisi kedua ditempati Jepang dengan nilai impor 1,53 miliar dolar AS (13,4 persen). Ketiga adalah Thailand dengan nilai 0,9 miliar dolar AS (7,89 persen). Impor non migas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 21,96 persen. Sementara dari Uni Eropa 9,32 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement