Rabu 01 Oct 2014 17:01 WIB

Konsolidasi Perbankan Bisa Dimulai dari Bank BUMN

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Penandatanganan perjanjian kerjasama Co-branding Fasilitas AKSes, antara bank Mandiri dengan KSEI di Jakarta, Senin (1/9). (Foto: Yasin Habibi/ Republika)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Penandatanganan perjanjian kerjasama Co-branding Fasilitas AKSes, antara bank Mandiri dengan KSEI di Jakarta, Senin (1/9). (Foto: Yasin Habibi/ Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menghadapi serbuan bank-bank asing yang akan gencar masuk ke Indonesia pada 2020, pemerintah dan otoritas perbankan diminta segera mengkonsolidasikan industri perbankan nasional. Konsolidasi ini harus dilakukan agar bank nasional mampu bersaing dengan bank asing yang skala asetnya lebih besar.

Menurut Periset Senior Network Market Investor (NMI) Fadli Setiawan di Jakarta, Selasa (30/9) bank-bank di Indonesia harus melakukan persiapan mulai sekarang guna menghadapi serbuan dari bank-bank asing. Menurutnya, konsolidasi harus dimulai dari bank-bank besar, khususnya bank-bank BUMN.

Baca Juga

''Mereka harus bersatu. Persaingannya akan sulit jika dilakukan secara sporadis, karena dari sisi permodalan bank asing jauh lebih kuat,'' kata Fadli.

Konsolidasi perbankan akan memperkuat struktur permodalan, infrastruktur dan likuiditas bank. Fadli mengungkapkan perbankan nasional jangan terlalu berharap banyak mampu bersaing dalam MEA jika kondisi seperti saat ini masih diteruskan.

Dari segi aset, kata Fadli, bank-bank nasional masih kalah jauh dari tiga bank besar asal Singapura DBS, OCBC, dan UOB. Bahkan aset bank-bank BUMN digabungkan pun masih jauh dari total aset DBS.

Saat ini, bank-bank BUMN masih bisa bertahan dari gempuran bank-bank asing. Namun, eksistensinya bisa terancam bila pemerintah tidak terus memperkuat struktur permodalan dan regulasi.

Bank-bank asing banyak mengincar dan mengakuisisi bank-bank nasional karena mereka ingin menjalankan bisnis perbankan di Indonesia, mengingat pangsa pasar yang masih luas dan marjin yang besar.

''Pasar di Indonesia sangat disukai oleh bank-bank asing, karena bunganya besar. Apalagi penetrasi kredit terhadap PDB masih sangat kecil,'' kata Fadli.

Ia menyarankan bank BUMN mendirikan holding bersama agar jadi lebih besar. Bank BUMN seperti Bank Mandiri dan Bank BRI juga harus terus mengakuisisi bank besar lainnya.

Fadli memisalkan Bank Mandiri mengakuisisi Bank BNI. Dengan seperti ini, bank-bank tidak akan berjalan masing-masing dan dari sisi permodalan akan jauh lebih besar dan kucuran kredit bisa lebih murah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement