REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa bank menyatakan akan menaikan tarif transaksi ATM bulan ini. Kenaikan tarif akan berlaku bagi pengguna ATM Bersama dan Jaringan Prima. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai biaya ATM sebanyaknya tidak dipatok terlalu tinggi.
"Kalau kita menginginkan biaya semurah-murahnya. ATM hanya sarana, fasilitas untuk mempermudah kelancaran transaksi," ujar Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis, Rabu (1/10).
Irwan menjelaskan bahwa perbankan telah mendapatkan dana sehingga perhitungannya harus komprehensif.
Bank harus dapat memperhitungkan biaya operasional yang dikeluarkan, seperti biaya IT dan maintenance, dengan dana yang didapat. "Dicarilah biaya semurah mungkin yang memudahkan konsumen," ujarnya.
Sebelumnya, PT Bank Mandiri, Tbk mengakui akan menaikan biaya transaksi ATM pada 1 Oktober 2014. Senior Vice President Electronic Banking Bank Mandiri Rahmat Broto Triaji mengatakan, kenaikan biaya interkoneksi antarbank ini disebabkan adanya pengaruh dari kenaikan inflasi, biaya maintenance dan juga biaya operasional ATM.
"Dalam 6-7 tahun terakhir, bank yang mempunyai ATM dan terkoneksi ATM bersama, perlu melakukan investasi dan mengeluarkan biaya operasional," ujarnya. Ia menegaskan bahwa kenaikan biaya administrasi transaksi transfer beda bank bukan upaya perbankan untuk meningkatkan fee based income atau pendapatan berbasis jasa. Namun lebih kepada penyesuaian dari mahalnya biaya pengelolaan ATM, mahalnya pengelolaan uang tunai, biaya logistik dan kenaikan biaya distribusi uang.
"Pengelolaan ATM, pengelolaan uang tunai, biaya logistik, biaya distribusi untuk pengelolaan uang itu mahal. Sebab, mesin ATM tentu harus diisi dan hal itu memerlukan biaya. Biaya bensin saja tiap tahun naik, jadi wajar kalau biaya distribusinya naik," ujarnya.
Senior Executive Vice President Transactional Banking Rico Usthavia Frans mengatakan, satu unit ATM memiliki harga 7000-8000 dolar AS. Selain itu, biaya operasionalnya pun mahal. Bank Mandiri mengeluarkan Rp 16-17 juta per bulan untuk biaya amortisasi, telekomunikasi, dan pengisian uang. "Kita ancang-ancang untuk jangka panjang, supaya bank-bank kecil mulai persiapan. Kalau tidak, bank yang atmnya banyak yang menanggung," ujarnya.