REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga 2022 batu bara masih menjadi tulang punggung energi Indonesia. Dengan cadangan baru bara sebesar 35 milyar ton, maka tak heran jika pengembangan energi baru dan terbarukan belum menjadi prioritas. "Indonesia tidak punya pilihan lain selain bergantung pada batu bara sebagai pembangkit listrik," kata Wamen ESDM Susilo Siswoutomo di Jakarta, Kamis (18/9).
Menurut Susilo, alternatif sumber energi terbarukan yang dapat diusahakan oleh pemerintah adalah hydro. Akan tetapi teknologi tersebut hanya dapat dikembangkan di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. "Sehingga yang lain harus turn down," terangnya.
Soal dampak lingkungan yang timbul akibat pemakaian batu bara, Susilo mengatakan bahwa itu menjadi tanggung jawab semua negara-negara di dunia. "Indonesia hanya mengadaptasi teknologi yang dibawa dari luar sehingga mereka harus membantu Indonesia untuk menciptakan teknologi yang ramah lingkungan," tegasnya.
Ia mengakui pemerintah kemungkinan belum bisa memenuhi target bauran energi pada 2022 mendatang. Terutama, karena pengembangan energi baru dan terbarukan masih belum sebaik yang diharapkan. Demikian pula sumber energi panas bumi yang pada 2022 nanti juga ditargetkan sebesar 22 persen. "Angkanya seperti yang saya sampaikan tadi hanya mampu 80 MW per tahun," kata Wamen.
Susilo mengatakan pemerintah tengah mendorong para pelaku industri migas untuk meningkatkan pertumbuhan energi dari panas bumi. "Fit in tariff sudah ada, perizinan kita bantu, kampanye-kampanye juga kita bantu, dan kita minta mereka join agar pengembangan energi terbarukan ini semakin masif," pungkasnya.