Selasa 16 Sep 2014 11:07 WIB

Pemerintah Sepakati Soal Lifting Migas 2015

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Ladang migas
Foto: Antara
Ladang migas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akhirnya menyepakati sejumlah pembahasan untuk RAPBN 2015 mendatang. Di antara kesepakatan itu, salah satunya soal lifting minyak dan gas dan subsidi bahan bakar minyak.

Menteri ESDM Et Enterem, Chairul Tanjung, mengatakan, pihaknya mengusulkan asumsi untuk Indonesia Crude Price (ICP) minyak 2015 berada di angka 105 USD per barel. ICP ini, mendapat persetujuan dari DPR RI.

"Tidak ada persoalan dalam pembahasan ICP," ujarnya yang akrab di sapa CT tersebut, Senin (15/9).

Menurutnya, asumsi produksi siap jual (lifting) minyak ini harus benar-benar dihitung. Makanya, disepakati angka 105 USD per barel.

Selain itu, target lifting minyak pada 2015 mendatang mencapai 900 ribu barel per hari. Tahun ini, nilainya hanya 845 ribu barel. Tetapi, tahun depan produksinya akan digenjot sampai 900 ribu barel.

Penggenjotan lifting minyak tersebut, sangar rasional. Pasalnya, Indonesia masih memiliki potensi minyak yang belum tereksplorasi secara optimal. Salah satunya, di Blok Cepu.

Sedangkan, untuk gas ada kesepakatan yakni mencapai 1.248.000 barel metrik ton. Di banding minyak, potensi gas di tanah air sangat tinggi. 

"Kami juga menyepakati soal subsidi untuk elpiji 3 Kg, yakni mencapai 5,7 juta ton," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI, Milton Pakpahan, mengakui, pemerintah memiliki semangat untuk mendorong minyak jadi 900 ribu barel per hari. Dengan target utama penggenjotan, yaitu di Blok Cepu.

"Pemerintah dan operator harus serius dalam mengekplorasi Blok Cepu itu," ujarnya.

Karena minyak di blok tersebut, akan jadi pendorong bertambahnya hasil produksi minyak pada 2015 mendatang. Karena itu, pihaknya meminta supaya di Blok Cepu tidak ada lagi persoalan birokrasi. Terutaman di tataran perizinan dan cekungan.

Karena, harapan Indonesia akan Blok Cepu sangat besar. Sebab, jika Blok Cepu di eksplorasi dengan optimal, kekayaan minyak Indonesia akan bertambah. Dengan begitu, pendapatan negara juga akan bertambah.

"Makanya, kami sepakat dengan pihak kementerian soal lifting minyak dan gas ini," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement