Selasa 16 Sep 2014 04:30 WIB

Cadangan Migas Blok Mahakam Habis 2032

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
Lapangan Migas Blok Mahakam.
Foto: IST
Lapangan Migas Blok Mahakam.

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai, cadangan migas blok Mahakam akan habis pada 2032. Hingga kini, pemerintah belum memutuskan perpanjangan kontrak Blok Mahakam.

Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Aussie B Gautama mengatakan, cadangan di Blok Mahakam masih menjanjikan. ''Masih signifikan,'' kata dia, Senin (15/9) siang.

Menurut Aussie, pemerintah harus segera menentukan masa depan Blok Mahakam. Pasalnya, setiap detik keterlambatan merupakan kerugian negara. Persoalannya, akan timbul persepsi kepada para investor terkait kepastian hukum di Indonesia.

Dia menilai, sulitnya penentuan masa depan Blok Mahakam karena banyak yang dijadikan pertimbangan pemerintah. Namun, keputusan secepat mungkin bisa memberikan kepastian dalam investasi.

Aussie mengatakan, setiap keputusan yang diambil pemerintah  akan memberikan dampak. Namun, semakin terlambat akan membuat proses transisi semakin menjadi tantangan. ''Tidak seperti pergantian supir bajaj, harus ada persiapan,'' jelas dia.

Total telah beroperasi di Indonesia sejak 1968 dengan proyek utama pada saat itu di blok lepas pantai Mahakam (50 persen saham sebagai operator) di Kalimantan Timur meliputi lapangan-lapangan gas Peciko, Tunu, dan South Mahakam. Total juga menjadi operator di lapangan gas Sisi-Nubi dengan saham 47,9 persen.

Total adalah produsen dan operator lapangan gas terbesar di Indonesia yang saat ini memasok 80 persem kebutuhan gas kilang LNG Bontang. Produksi Total di Indonesia pada 2012 mencapai 132 ribu barel setara minyak per hari.

Total E&P Indonesie memproduksi 1.747 juta kaki kubik dan 65.960 barel kondensat dan minyak per hari. Kontrak Total dan Inpex Corporation di Blok Mahakam akan habis pada 2017. Total dan Inpex masing-masing memiliki saham 50 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement