Rabu 10 Sep 2014 14:28 WIB

Hadapi MEA, Ini Saran untuk Jokowi-JK

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Esthi Maharani
MS Hidayat
Foto: antara
MS Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian, pesimis dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Skema perbandingan produk dalam dan luar negeri yang dilakukan kemenperin menunjukkan produk industri lokal harganya jauh lebih mahal. Dengan harga mahal ini, sulit bersaing dengan produk luar yang harganya jauh lebih murah.  

Menteri Perindustrian MS Hidayat menyarankan kepada pemerintahan Jokowi-JK untuk agar dibuat suatu tim yang //reliable//. Tim ini, nantinya harus mampu mewakili pemerintah yang merangkul semua unsur.

"Pemerintahan baru, harus bisa melakukan efisiensi dan meningkatkan daya saing," jelasnya, Rabu (10/9).

Selain itu, pemerintahan baru harus bisa meningkatkan infrastruktur. Kemudian, meminimalisasi ketergantungan akan impor. Serta, memangkas bea dalam negeri yang membuat biaya produksi mahal.

Seperti, pungutan di pelabuhan. Karena, biaya pelabuhan di Indonesia  termasuk yang paling mahal di kawasan ASEAN. Biaya logistik seperti itu, masuk dalam biaya produksi. Prosentasenya antara 16-20 persen dari biaya produksi.

"Cukup tinggi, biaya untuk logistik tersebut," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Perdagangan Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengaku, Indonesia harus siap menghadapi MEA 2015 dan pasar bebas dunia 2020. Untuk menuju ke situ, perlu pembenahan infrastruktur. Baik, yang //soft// maupun //hard//. Pasalnya, infrastruktur salah satu penunjang logistik nasional.

"Harus ada progress ke arah yang lebih baik lagi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement