REPUBLIKA.CO.ID,NUSA DUA—Sistem ekonomi hijau berbasis no alcoholic, no gambling, no prostitute, no harmful to environment sangat diidamkan pelaku keuangan global. Konsep ekonomi syariah pun dinilai berpotensi berkembang.
''Jadi tanpa menggembar gemborkan label syariah, komunitas global menghendaki sistem yang ternyata banyak kesamaan dengan sistem syariah,'' ungkap Kepala Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Edi Setiadi, Selasa (9/9).
Sayangnya, masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim belum banyak yang terlibat dalam penggunaan jasa keuangan syariah termasuk pasar modal. Masyarakat memang masih banyak yang khawatir terhadap resiko dan cenderung memilih yang aman dijamin LPS.
Padahal, pertumbuhan saham syariah tinggi sekali, market sharenya hingga 58 persen dalam setahun terakhir ini. Beda dengan perbankan yang hanya 13-14 persen saja.