Selasa 02 Sep 2014 05:58 WIB

Proyeksi Ekonomi Lembaga Global Masih Sering Keliru

Rep: Elba Damhuri/ Red: Hazliansyah
Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (11/1). Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi dapat menyentuh angka 5,8%-6,2% pada 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 5,7%.
Foto: Republika/Prayogi
Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (11/1). Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi dapat menyentuh angka 5,8%-6,2% pada 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 5,7%.

REPUBLIKA.CO.ID, LINDAU, JERMAN -- Dalam beberapa tahun terakhir lembaga-lembaga internasional sering salah memprediksi indikator ekonomi. Pengamat ekonomi UI Muslimin Anwar mengatakan, model ekonometri yang banyak digunakan saat ini memiliki kekuatan dan kelemahan dalam menghitung proyeksi ekonomi suatu negara.

Model ini, kata Muslimin, acap kali keliru dalam memprakirakan berbagai indikator makroekonomi dunia seperti PDB. Akibatnya, perkiraan-perkiraan yang salah ini harus dikoreksi.

"Kebanyakan proyeksi selama ini terlalu optimistis sehingga harus dilakukan direvisi," kata Muslimin dalam tanggapannya pada forum ekonomi di Lindau, Jerman, seperti disampaikan kepada Republika, Selasa (2/9).

Ketidaktepatan berbagai institusi kelas dunia dalam memprediksi indikator-indikator ekonomi, sambung peneliti di Bank Indonesia (BI) itu, memberikan /contagion effect/ bagi terjadinya ketidaktepatan dalam memprediksi berbagai indikator ekonomi di berbagai negara di dunia. 

Khususnya, kata Muslimin, di negara negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini tidak saja menimbulkan ketidakpastian bagi pemangku kepentingan di berbagai negara (pemerintah dan Bank Sentral) dalam menentukan arah ekonomi nasionalnya, namun juga membuat pelaku ekonomi tidak tepat dalam menetapkan strategi bisnisnya

Ke depan, Musimin menilai berbagai kekurangan yang mengarah kepada kesalahan berantai seperti ini harus dapat diminimalisasi. Dengan begitu, tatanan perekonomian dunia dapat kembali sesuai dengan yang diharapkan dan tidak terdeviasi jauh dari kondisi riilnya. 

Di Indonesia, hal ini misalnya dapat dilihat pada kegiatan-kegiatan rapat di Badan Anggaran DPR RI bersama Pemerintah dan Bank Indonesia dalam merumuskan APBN-P setiap tahunnya.

Menurut Muslimin, belakangan ini banyak asumsi, data statistik, dan model yang dikembangkan serta analisis yang dihasilkan tidak sesuai dengan praktek dalam kehidupan nyata. 

Hasil penelitian dan analisis ekonomi yang baik merupakan input penting dan berharga dalam pengambilan keputusan politik para pemimpin negara. Ini dilakukan, kata Muslimin, guna memenuhi harapan para penduduknya dalam meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan.

Oleh karena itu, Muslimin mendesak para ekonom dan peneliti ekonomi di dunia diharapkan mampu meningkatkan kualitas penelitiannya dalam mengembangkan model-model ekonomi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement