REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengapresiasi langkah perbankan yang merevisi rencana bisnis bank (RBB) di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini bertujuan agar perbankan menjaga kehati-hatian dalam berekspansi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya merilis laporan revisi RBB. Dalam laporan tersebut, bank umum kegiatan usaha (BUKU) I merevisi target kredit paling tinggi. Sementara, penurunan dana pihak ketiga (DPK) paling dalam ada di golongan BUKU II.
Kepala LPS Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, daya saing perbankan yang masuk dalam golongan BUKU I memiliki cukup rendah di tengah kondisi suku bunga tinggi. "BUKU I sadar tidak bisa ekspansi karena saingan bunga ini berat. Sehingga, asetnya mengalami penurunan," kata Kartiko, Jumat (29/8).
Jika BUKU I memaksakan diri bersaing di tengah bunga tinggi, hal ini akan merugikan bank itu sendiri. Sehingga, ia menilai penurunan target kredit ini merupakan strategi defensif dari perbankan yang termasuk golongan BUKU I. Strategi ini cukup baik di tengah ketatnya likuiditas BUKU I agar di masa depan golongan ini memiliki kapasitas untuk kembali tumbuh.
Bank yang masuk dalam golongan BUKU II memang tumbuh paling agresif di sepanjang semester pertama. Mereka, termasuk golongan BUKU III, menaikkan bunga paling kencang. Ketika bank golongan ini menurunkan DPK, Kartiko menilai akan berdampak baik bagi kesehatan bank, terutama penurunan rasio kerdit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR).
Turunnya target DPK oleh bank golongan BUKU II dan II akan memberikan sedikit kelonggaran likuiditas di pasar. "Mereka tidak akan mati-matian dengan bunga berapapun dimakan lagi," kata Kartiko.
Bank BUKU II dan III dinilai Kartiko perlu mewaspadai LDR karena sudah di atas 100 persen. Sementara, bank BUKU IV sudah menjaga LDR di bawah 100 persen karena likuiditasnya yang masih mencukupi.