REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR Habib Nabiel Almusawa berharap delegasi Indonesia berhasil dalam mengemban misi diplomasi bertemu organisasi karet internasional dan negara produsen karet dunia guna menstabilkan harga.
"Untuk menstabilkan harga, produsen karet dunia perlu membuat kesepakatan untuk mengurangi pasokan ke pasar sawit dunia. Bila pengurangan pasokan tidak juga bisa menstabilkan harga, maka tidak ada salahnya bila disepakati opsi moratorium pasok karet sementara sampai harga kembali menguntungkan bagi petani," kata Habib, Kamis, (28/8).
Kementerian Perdagangan telah membentuk Task Force Karet Nasional (TFKN) guna mengatasi anjloknya harga jual. TFKN pun diberi tugas untuk melobi organisasi karet internasional.
Seperti International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan International Rubber Consortium (IRCo). Serta mengadakan pembicaraan dengan negara produsen utama karet dunia, seperti Thailand dan Malaysia.
Harga sekarang, ujar Habib, telah membuat petani karet lesu. Banyak petani yang berhenti menyadap karet karena penghasilan yang diperoleh tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup.
Mereka, terang Habib, beralih menekuni sayuran dan padi atau mencari pekerjaan lain, seperti bekerja di perkebunan sawit yang penghasilannya lebih menjanjikan. Dampaknya, banyak pabrik pengolahan karet kekurangan bahan baku dan terpaksa mengurangi produksi, bahkan ada yang tutup.
"Akibatnya banyak pegawai pabrik pengolahan karet yang dirumahkan. Makanya diharapkan harga karet bisa stabil kembali," ujar Habib.