REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pengaruh kondisi eksternal dan global terhadap perekonomian nasional masih akan cukup besar pada 2015. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan salah satu faktor eksternal tersebut yakni normalisasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed.
"Faktor eksternal pengaruhnya masih besar di 2015, terutama kondisi bagaimana The Fed akan lakukan normalisasi, itu faktor yang penting, faktor yang lain yakni kondisi ekonomi Cina," ujar Agus ditemui usai Sidang Bersama DPR dan DPD dalam rangka Pidato Kenegaraan Presiden dalam rangka HUT Proklamasi kemerdekaan RI ke-69 di Jakarta, Jumat (15/8).
Agus menyebutkan asesmen BI terkait kondisi global sendiri menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi dunia masih terus berlanjut. Perbaikan kondisi ekonomi global terutama ditopang oleh perekonomian negara-negara maju seiring dengan kebijakan moneter yang akomodatif dan meredanya tekanan fiskal.
Pemulihan ekonomi AS yang semakin kuat tercermin dari revisi ke atas produk domestik bruto (PDB) pada triwulan I 2014 dan meningkatnya realisasi PDB pada triwulan II 2014, seiring dengan meningkatnya investasi, konsumsi dan pengaruh faktor eksternal.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diprakirakan relatif terbatas sehingga mendorong berlanjutnya penurunan harga komoditas. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan II 2014 meningkat sebagai hasil dari stimulus yang dilakukan.
Kendati demikian, lanjut Agus, di Indonesia sendiri laju inflasi masih ada dalam batasan yang sesuai target bank sentral.
Inflasi terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5 plus minus satu persen. Inflasi triwulan II 2014 tercatat 6,7 persen (yoy), menurun dibandingkan 7,32 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Inflasi yang terkendali berlanjut di bulan Juli 2014, tercatat sebesar 0,93 persen (mtm) atau 4,53 persen (yoy), cukup rendah bila dibandingkan pola musiman Lebaran dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, defisit transaksi berjalan juga menunjukkan perbaikan di mana defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2014 mencapai 9,1 miliar dolar AS (4,27 persen dari PDB), menurun dari defisit pada triwulan II 2013 sebesar 10,1 miliar dolar AS (4,47 persen dari PDB).