REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengantisipasi normalisasi kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), dan perkembangan geopolitik luar negeri. Bank sentral siap merespons dalam bentuk bauran kebijakan demi menjaga kondisi ekonomi Indonesia.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, normalisasi kebijakan The Fed akan membuat tekanan pada Indonesia di 2015 karena Fed Fund Rate akan naik dan dapat menimbulkan aliran dana keluar. BI juga mewaspadai perkembangan geopolitik di Ukraina, kondisi default Argentina dan default Portugal. "Ini semua akan membuat satu kondisi risk off yg akan membuat dana-dana di negara berkembang dapat terjadi tekanan atau tekanan keluar," ujar Agus, Jumat (8/8).
Menurut dia, Indonesia harus terus memperkuat fundamental agar aliran dana keluar bisa dihindari. Agus mengatakan, BI akan terus menyimak perkembangan di luar negeri dan meresponsnya dengan bauran kebijakan. BI juga akan mengaja agar stabilitas nilai tukar selalu terjaga sesuai fundamental. "Kita akan merespons dalam bentuk bauran kebijakan untuk meyakini inflasi terjaga dan transaksi berjalan mengarah ke kondisi yg lebih sehat," ujarnya.
Agus meyakini kinerja transaksi berjalan tahun ini dapat lebih baik karena akan adanya perbaikan ekspor. Perbaikan tersebut berasal dari disepakatinya renegosiasi Kontrak Karya (KK). "Kita sambut baik karena itu akan memperbaiki kinerja ekspor kita," ujarnya. Kendati demikian, ia mengakui transaksi berjalan masih mendapat tekanan dari besarnya impor bahan bakar minyak (BBM).