REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menyatakan bahwa kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar terancam habis pada akhir November bila penggunaannya tidak dikendalikan.
"Kalau BBM tidak dikendalikan, maka pasokan solar bersubsidi hanya akan cukup sampai akhir November 2014," kata Jero saat menyampaikan keterangan terkait pengendalian BBM bersubsidi di kantor Kementerian ESDM di Jakarta, Selasa (5/8).
Sementara itu, kuota BBM bersubsidi jenis premium hanya akan cukup hingga 19 Desember, bila penggunaannya tidak dikendalikan. "Kami di sini mengupayakan supaya kuota BBM bersubsidi cukup hingga penghujung tahun ini, karena per 1 Januari 2015 sudah ada kuota baru," tutur Jero.
Oleh sebab itu Jero Wacik menekankan bahwa pemerintah perlu melakukan pengendalian penggunaan BBM karena UU No.12 Tahun 2014 tentang APBN-P 2014 menyatakan volume kuota BBM bersubsidi dikurangi dari 48 juta kiloliter (kl) menjadi 46 juta kl. Kendati demikian, penyaluran BBM bersubsidi justru mengalami peningkatan pada semester pertama 2014, atau sebesar 22,91 juta kl dari jumlah kuota yang direncanakan sebesar 22,81 juta kl.
Jero menjelaskan bahwa kenaikkan volume BBM bersubsidi ini dipicu oleh pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Sommeng, menjelaskan bahwa anggaran yang digelontorkan untuk BBM bersubsidi mengalami perubahan, karena defisit neraca perdagangan.
"Ini juga memicu melemahnya nilai tukar rupiah sehingga subsidi kita membengkak. Dan bila tidak dibatasi, maka akan melampaui batasan yang diberikan oleh keuangan negara yaitu tiga persen, dan ini melanggar undang-undang," ujar Andy.