Rabu 09 Jul 2014 06:31 WIB

Harga Minyak Dunia Alami Penurunan

Harga minyak merosot (ilustrasi)
Foto: IRAQENERGY.ORG
Harga minyak merosot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga minyak dunia memperpanjang penurunan beruntun mereka pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena berkurangnya kekhawatiran tentang gangguan pasokan dari Timur Tengah, dengan segera dimulainya kembali ekpor Libya dan kerusuhan Irak belum mempengaruhi ekspor.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk Agustus, turun 13 sen menjadi berakhir di 103,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, penurunan hari kedelapan berturut-turut.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 1,30 dolar AS menjadi ditutup pada 108,94 dolar AS per barel di perdagangan London.

"Pasar Brent masih di bawah tekanan dari ekspektasi bahwa

ekspor minyak mentah Libya akan segera dimulai kembali dan bahwa pemberontakan Sunni di Irak akan memiliki dampak kecil pada produksi minyak dari selatan," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Analis Commerzbank, Carsten Fritsch, mencatat bahwa Brent telah jatuh untuk ke sembilan dari 10 hari terakhir perdagangan, turun di bawah 110 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam hampir empat minggu terakhir.

Harga minyak telah bergerak lebih rendah sejak pekan lalu, ketika Perdana Menteri sementara Libya Abdullah al-Thani mengatakan pihak berwenang telah kembali menguasai dua terminal ekspor yang diblokade oleh pemberontak.

Pelabuhan di Ras Lanuf dan Al-Sidra bisa menambah sekitar 500.000 barel minyak mentah per hari ke pasar energi global, para analis mengatakan.

Matt Smith dari Schneider Electric mengatakan alasan mengapa harga WTI telah jatuh jauh lebih sedikit daripada Brent pada Selasa, karena para pedagang memperkirakan laporan persediaan minyak komersial Departemen Energi AS (DoE) pada Rabu akan menunjukkan penurunan lain dalam pasokan minyak mentah.

DoE pekan lalu melaporkan penurunan lebih besar dari perkiraan sebanyak 3,2 juta barel. Analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswire rata-rata memperkirakan persediaan di konsumen minyak mentah terbesar dunia itu jatuh dua juta barel.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement