Ahad 06 Jul 2014 13:17 WIB

Likuiditas Bank di Semester 2 Akan Membaik

Rep: Satya Festiani/ Red: Muhammad Hafil
Bank Indonesia
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan likuiditas perbankan akan membaik di paruh kedua 2014. Kendati demikian, BI mengarahkan agar pertumbuhan kredit bank ditekan ke angka 15-17 persen.

Deputi Gubernur BI sekaligus Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Halim Alamsyah mengatakan, likuiditas bank akan membaik karena adanya pemasukan modal dari luar negeri. Namun, hal tersebut bergantung pada pemerintah baru yang akan terbentuk usai Pemilu. "Pemasukan modal dari luar negeri masih akan berjalan tapi bergantung bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang akan terbentuk di masa depan," ujar Halim, Ahad (6/7).

Faktor lainnya adalah rekening pemerintah yang semakin ekspansif. Ia pun memperkirakan beberapa bank akan menaikan bunga deposito untuk nasabah-nasabah besar, terutama nasabah dengan deposito di atas Rp 25 miliar. Kenaikan bunga dilakukan agar kreditnya terus ekspansif.

Halim mengatakan, BI akan terus memantau bank yang masih menaikan suku bunga simpanan. "Kita tak akan diam melihat suku bunga naik terus tak terkendali lalu mereka masih mengejar kreditnya," ujarnya. Ia melihat bahwa ada beberapa bank yang masih mendahulukan kenaikan pertumbuhan kredit.

Padahal, menurut dia, BI sudah mewanti-wanti agar jangan sampai pertumbuhan kredit naik tinggi saat ekonomi melambat. BI mengkhawatirkan NPL akan meningkat karena kredit yang terlalu ekspansif.

Sementara itu, kenaikan bunga simpanan pun menggerus marjin perbankan. Halim memproyeksikan, marjin beberapa bank akan tertekan di semester 2 jika bank tersebut tidak mau menurunkan suku bunga depositonya. "Memang selama ini bank mengorbankan marjinnya. Marjin dari bank turun karena ingin mengejar dana dengan menambah atau memberikan insentif suku bunga dinaikan. Sementara suku bunga kredit belum naik," ujarnya.ebih dari 175 basis poin (bps).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement