Selasa 24 Jun 2014 19:49 WIB

Stok Cabai Melimpah, Mendag Usulkan Processing Food

Rep: Nora Azizah/ Red: Nidia Zuraya
Petani Cabai (ilustrasi)
Foto: informasi-budidaya.blogspot.com
Petani Cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Stok cabai merah keriting dan rawit melimpah. Sehingga membuat harga turun drastis di pasar. Di beberapa tempat bahkan ada keluhan petani menolak memetik cabai. Sebab ongkos petik menjadi lebih mahal.

"Harga cabai merah keriting memang jauh di bawah referensi," kata Menteri Perdagangan (Mendag) RI Muhammad Lutfi usai Rapat Koordinasi mengenai stabilisasi harga pangan jelang Ramadhan dan Idul Fitri, Selasa (24/6), di Kementerian Perdagangan RI. Mendag mengusulkan agar dilakukan processing food mengenai stok yang melimpah.

Lutfi mengatakan, beberapa hari lalu saat melakukan survei ke Palembang, harga cabai memang jauh di bawah harga referensi. Harga cabai merah keriting di pasar mencapai Rp 9 ribu. Kemungkinan harga beli sekitar Rp 6 ribu. Harga yang dibeli dari petani hanya mencapai Rp 3 ribu. Jatuhnya harga cabai memang menimbulkan masalah baru. Terutama bagi kesejahteraan petani dan stok melimpah. Sehingga perlu dilakukan langkah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kementerian Perdagangan RI mengusulkan untuk membuat cabai kering. Namun ketika produk holtikultura melalui sebuah proses akan dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen. Hal ini yang memberatkan para petani. Untuk meringankan perihal PPN memerlukan pembicaraan yang cukup panjang. Pemerintah akan mengupayakan langkah yang tidak memberatkan petani.

Sementara konsumen saat ini juga masih banyak mengejar barang yang segar, enggan membeli yang sudah dikeringkan. Produk segar hanya bisa bertahan empat sampai lima hari saja. Apabila tidak dilakukan suatu proses tambahan terhadap produk pangan, tentu barangnya akan rusak. Sehingga menimbulkan kerugian.

"Pokoknya kita lagi cari cara supaya produk segar ini bisa dibuat tahan lama dan tetap menghasilkan," kata Lutfi. Sehingga stok cabai yang melimpah bisa teratasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement