REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak global bervariasi pada Selasa (Rabu pagi WIB), sehari menjelang data AS yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah, sementara pedagang terus mengawasi peningkatan krisis Irak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli berakhir pada 106,36 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, turun 54 sen dari penutupan Senin (16/6).
Sementara di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik 51 sen menjadi 113,45 dolar AS per barel, penutupan tertinggi sejak 9 September 2013.
Pasar AS memposisikan diri untuk laporan persediaan mingguan Departemen Energi AS (DoE) pada Rabu waktu setempat, kata Carl Larry dari Oil Outlook and Opinions.
Larry mengatakan DoE diperkirakan akan melaporkan sedikit kenaikan pada persediaan minyak mentah AS untuk pekan lalu.
Para pedagang di New York juga tampak melakukan aksi ambil untung dari kenaikan yang mendorong WTI dan Brent ke tingkat tertinggi sembilan bulan pada Jumat (13/6) setelah gerilyawan Sunni merebut wilayah utara di produsen minyak Irak.
Risiko gangguan terhadap produksi minyak Irak akan tetap terbatas meskipun krisis memburuk, kepala eksekutif BP Bob Dudley mengatakan Selasa, sementara menyatakan tanda bahaya pada kerusuhan tersebut.
"Pada saat ini produksi minyak tidak terpengaruh," kata Dudley di sela-sela sebuah konferensi energi di Moskow.
"Saya tidak percaya bahwa jenis kesulitan ini dan ketidakstabilan akan meluas ke semua jalan hingga ke ujung selatan Irak -- tempat bagi mayoritas operasi minyak negara itu."
"Tetapi kita semua harus sangat khawatir dengan apa yang terjadi," kata Dudley.