Senin 16 Jun 2014 17:28 WIB

Semen Indonesia Mulai Pembangunan Pabrik di Rembang

Dirut PT Semen Indonesia, Dwi Soetjipto.
Foto: Republika/Maman Sudiaman
Dirut PT Semen Indonesia, Dwi Soetjipto.

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- PT Semen Indonesia (Persero) memulai pembangunan pabrik baru berkapasitas 3 juta ton per tahun dengan konsep ramah lingkungan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Senin (16/6).  "Pabrik baru di Rembang ini merupakan langkah kami memperkuat ekspansi agar Indonesia tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, yakni BUMN tetap menjadi market leader industri semen nasional," kata Direktur Utama PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto.

Lebih membanggakan lagi, pabrik di Rembang ini adalah pabrik ramah lingkungan yang dikerjakan secara swakelola oleh putra-putri terbaik bangsa, ujarnya. Pabrik yang berada di lahan seluas 55 hektare ini didesain sebagai pabrik ramah lingkungan dengan konsumsi energi dan air yang minim serta memperbanyak ruang hijau. Sebanyak 30 persen wilayah pabrik digunakan untuk ruang terbuka hijau (RTH).

"Konsep 'green industry' di Rembang kami wujudkan dengan meningkatkan konsumsi energi alternatif dari limbah pertanian, menekan konsumsi air dan listrik, kontrol emisi yang ketat, dan tetap melestarikan keanekaragaman hayati. Kami ingin mewujudkan environmental excellence dalam pengelolaan pabrik ini," tuturnya, dalam keterangan tertulisnya.

Dalam upaya pencegahan pencemaran, menurut dia, perseroan melengkapi diri peralatan modern pencegah pencemaran berupa mesin pengisap debu, seperti electrostatic precipitator, cyclone, conditioning tower, dan bag house filter. Hasil pengukuran secara berkala menunjukkan emisi yang dikeluarkan pabrik-pabrik perseroan selalu di bawah baku mutu yang ditetapkan.

"Di setiap pabrik, kami selalu membentuk 'Green Belt' dan 'Green Barrier' yang berfungsi menjaga udara dan menjadi filter alami pencipta oksigen yang melengkapi peralatan penangkap debu modern," tutur Dwi.

Dalam hal efisiensi sumberdaya alam, perusahaan melakukan serangkaian langkah nyata. Di antaranya adalah mengoptimalkan pemanfaatan energi alternatif dari limbah pertanian (biomass), seperti sekam padi, cocopeat, serbuk gergaji, limbah tembakau, dan sampah kota sebagai RDF (refuse derivative fuel).

Sampah kota yang diolah untuk dijadikan biomass mencapai 300 ton per hari yang didapatkan dari Kabupaten Gresik dan Kabupaten Tuban, Jatim. "Kami juga memaksimalkan penggunaan bahan baku alternatif dengan memanfaatkan limbah atau produk samping industri lain sebagai pengganti bahan baku semen, seperti copper slag untuk pengganti pasir besi, fly ash untuk pengganti batuan-batuan alam, dan synthetic gypsum untuk pengganti natural gypsum," papar Dwi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement