Senin 16 Jun 2014 14:47 WIB

Pembelian Bank Mutiara Bisa Melalui Obligasi Rekap

Bank Mutiara
Foto: Antara
Bank Mutiara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri menilai pembelian Bank Mutiara bisa dilakukan dengan obligasi rekap sehingga tanpa dana tunai. "Bank Mandiri misalnya masih memegang cukup banyak obligasi rekap," kata Faisal dalam diskusi bertajuk 'Penjualan Bank Mutiara, Jual versus Penyertaan Modal Sementara (PMS)' di Jakarta, Senin (16/6).

Dia mengatakan saat ini Bank Mandiri memiliki obligasi rekap sekitar Rp8 triliun sehingga mampu membeli Bank Mutiara. Selain itu, menurut dia, "outstanding" obligasi rekap di perbankan berkurang dan berpindah ke Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Faisal menilai pemerintah bisa membeli kembali obligasi rekap dengan mencicil sesuai dengan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Langkah itu bisa menurunkan utang pemerintah. "Bisa juga menjadi tambahan ruang untuk ekspansi Bank Mandiri," ujarnya.

Menurut dia, langkah itu juga sejalan dengan visi pemerintah untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dengan mengkonsolidasikan perbankan nasional di tingkat kawasan. Selain itu Faisal membandingkan ongkos yang harus dibayarkan apabila Bank Mutiara ditutup atau diselamatkan. "Ternyata ongkos dari penyelamatan BM lebih murah dibandingkan apabila ditutup," katanya.

Faisal menjelaskan jika Bank Mutiara diselamatkan ongkosnya sebesar Rp 3,96 triliun. Angka itu didapat dari nilai Penyertaan Modal Sementara Rp 6,76 triliun dikurangi dua kali nilai buku (disehatkan lalu dijual) sebesar Rp 2,8 triliun. "Apabila ditutup, Dana Pihak Ketiga Rp 6,4 triliun lalu potensi penjualan aset Rp 600 miliar, maka ongkos penutupan Bank Mutiara adalah Rp 4,7 triliun," ujarnya.

Selain itu Faisal juga memaparkan kondisi perbankan nasional saat ini, yaitu kepemilikan asing di perbankan dalam negeri sekitar 95 persen. "Asas resiprositas sulit diadopsi negara tetangga seperti Singapura," katanya.

Dia mengatakan Bank Indonesia saat ini mendorong konsolidasi perbankan sehingga bank semakin sedikit. Selain itu menurut dia, kondisi perbankan nasional adalah bank BUMN berniat melakukan ekspansi pasar dengan langkah akuisisi bank nasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement