REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak sedikit lebih tinggi di pasar Asia pada perdagangan Senin (19/5). Kenaikan harga terjadi di tengah meningkatnya kekerasan di produsen minyak mentah Libya setelah upaya kudeta, yang telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan.
Patokan minyak mentah AS, West Texas Intermediate ( WTI ) untuk pengiriman Juni naik lima sen menjadi 102,07 dolar AS dalam pertengahan perdagangan , sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli naik sepuluh sen menjadi 109,85 dolar AS.
Kelompok bersenjata menyerang parlemen Libya dan sebuah pangkalan udara di wilayah timur pada Ahad (18/5) kemarin. Aksi tersebut menambah kekacauan di Libya.
"Situasi di Libya memiliki dampak yang kuat pada sentimen," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar pada CMC Markets di Sydney, kepada AFP.
"Belum ada dampak pada pasokan tetapi itu adalah pengingat yang baik untuk investor akan gangguan potensial yang ada tidak hanya di Ukraina, tetapi juga di negara penghasil minyak seperti Libya," katanya .
Ekspor minyak mentah Libya diperkirakan satu juta barel per hari pada pertengahan Juni, karena pemangkasan produksi sudah dipulihkan. McCarthy mengatakan harga minyak juga tetap didukung oleh krisis Ukraina, di mana pemberontak sedang berusaha melepaskan diri dari bekas negara Soviet dan menjadi bagian dari Rusia.
Ukraina adalah pemasok utama untuk ekspor minyak dan gas Rusia ke Eropa Barat. Para analis khawatir bahwa eskalasi krisis di Ukraina bisa memukul pasokan dan menggiring harga melonjak.