REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Cina mencatat kenaikan ekspor dan impor pada April 2014 ini. Kenaikan ini meredakan kekhawatiran banyak pihak atas terus melambatnya perekonomian negeri tirai bambu itu.
Ekspor China naik 0,9 persen awal tahun ini setelah jatuh dua bulan berturut-turut. Ekspor anjlok 6,6 persen pada Maret lalu dan turun 18,1 persen pada Februari. Demikian dikutip dari kantor berita Cina, Xinhua, dan media Inggris, BBC, Kamis (8/5).
Impor pun ikut tumbuh 0,8 persen dibandingkan periode tahun lalu, berbalik dari penurunan 11,3 persen pada Maret 2014. Kenaikan ini terjadi di tengah upaya Cina untuk mendiversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi yang didorong dari konsumsi domestik.
Kalangan ekonom melihat kenaikan kinerja ekspor ini bisa mendorong pemegang kebijakan untuk berbuat lebih banyak lagi. Apalagi, pertumbuhan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tetap menghadapi ancaman perlambatan.
"Sisi permintaan eksternal tidak lagi menjadi masalah besar bagi Cina sekarang karena pemulihan nyata sedang terjadi," kata Wei Yao, ekonom Cina pada Societe Generale yang berbasis di Hong Kong.
Kinerja per April, kata Wei, benar-benar memberikan dorongan besar bagi pertumbuhan ekonomi China. Ini juga mengingat daya beli masyarakat Cina tergolong tinggi, yang mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Pada triwulan pertama 2014, ekonomi Cina tumbuh 7,4 persen, turun dari 7,7 persen pada kuartal sebelumnya. Cina pun mengeluarkan stimulus mini untuk mengangkat perekonomiannya pada April ini.
Bentuk stimulus itu berupa pemotongan pajak untuk usaha kecil dan menengah termasuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di sana. Juga, memperkuat stimulus untuk pembangunan infrastruktur kereta api.
Awal tahun ini, Cina meluncurkan zona perdagangan bebas di Shanghai. Kebijakan ini mencakup perdagangan bebas di sektor keuangan dan telekomunikasi yang selama ini mendapat pengawasan ketat dari pemerintah.
Tujuan dibukanya ekonomi ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Cina harus menggenjot ekonominya hingga 9-10 persen untuk menutup kesenjangan ekonomi yang semakin tinggi di sana.