REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank syariah terbesar di Uni Emirat Arab, Dubai Islamic Bank berencana menginjakkan kaki di negara dengan komunitas Islam terbesar, Indonesia. Hanya saja mereka takkan membuka cabang atau mendirikan sebuah bank.
DIB memilih untuk menjadi mitra strategis dengan mengakuisisi saham perbankan syariah lokal. Sebelumnya Bank Islam Malaysia juga berhasrat untuk mengakuisisi saham bank syariah di Indonesia.
Bagi pelaku bisnis syariah lokal wajar jika bank asing ingin mengakuisisi saham asal Indonesia. Karena Indonesia memiliki banyak keuntungan dibanding negara lain.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Achmad K Permana menyatakan fakta di lapangan Indonesia memang negara paling menjanjikan.
Ia menyebutkan dari segi jumlah penduduk sebesar 240 juta orang yang hampir sama dengan di jazirah Arab. Selain itu 88 persen penduduk Indonesia adalah muslim.
Selain itu ekonomi makro Indonesia terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Sedangkan sebagian besar negara di dunia tak mengalami pertumbuhan ekonomi.
Belum lagi, sebut dia, penetrasi perbankan di Indonesia sangat rendah. Sementara dari sisi stabilitas politik, Indonesia juga sangat terjaga.
Sisi lainnya, Indonesia adalah negara yang sangat ramah kepada investor. Hanya di Indonesia, bank asing diizinkan membuka cabang hingga ke pelosok.
Sementara di negara lain akan sulit menemukan kebijakan seperti ini. Walaupun, tutur dia, Bank Indonesia sudah melarang bank asing hanya membuka cabang di Indonesia.
Tak heran, bank asing lebih memilih mengakuisisi bank lokal. Hanya saja keuntungan lain, jika mengakuisisi maka tak membangun dari nol karena sudah ada lisensi bank lokal. "Dari sisi investor, saya melihat terlalu banyak untungnya," tutur dia kepada Republika, Rabu (7/5).