REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan dampak dari kampanye pemilu terhadap inflasi mulai terasa, meskipun pada April 2014 tercatat deflasi 0,02 persen.
"Kampanye menyebabkan harga-harga naik. Yang pasti untuk makanan jadi dan tarif angkutan. Bukan hanya angkutan udara tapi juga angkutan darat," ujarnya di Jakarta, Jumat (2/5).
Sasmito mengatakan kampanye menyebabkan kenaikan harga berbagai barang, makanan jadi, tarif angkutan udara serta kenaikan sewa rumah, karena banyaknya konsumsi maupun orang yang melakukan perjalanan udara pada April. "Ini refleksi karena banyak orang yang melakukan perjalanan tidak hanya menginap di hotel namun di kos-kosan juga, kemudian kampanye mendorong kenaikan harga makanan jadi seperti nasi rames dan rokok juga," ujarnya.
Pada April 2014, tarif angkutan udara menjadi salah satu komponen terbesar penyumbang andil inflasi yaitu 0,04 persen, diikuti daging ayam ras, minyak goreng maupun tarif sewa rumah masing-masing 0,02 persen. "Selain karena banyaknya perjalanan udara, kenaikan tarif juga dipengaruhi oleh kenaikan 'airport tax' di beberapa bandara di Indonesia, seperti di Juanda, Makassar dan Lombok," kata Sasmito.
Namun, secara keseluruhan pada April masih terjadi deflasi 0,02 persen karena harga kebutuhan pangan pokok seperti beras dan cabai merah mengalami penurunan di beberapa daerah dan menjadi komponen penyumbang deflasi. Cabai merah tercatat dominan menyumbang deflasi 0,11 persen, diikuti beras 0,08 persen, bayam 0,03 persen, kangkung 0,02 persen dan bawang merah 0,02 persen, termasuk emas perhiasan 0,03 persen, karena turunnya harga emas internasional.
"Hingga tiga hari lalu, masih inflasi angka yang kita peroleh, namun dalam beberapa hari terakhir harga makanan turun tajam sekali, dan harga emas juga turun, sehingga terjadi deflasi kecil," ujar Sasmito.