REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sanksi ekonomi Barat atas Rusia berdampak luas terhadap kinerja perekonomian negeri itu. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut negeri beruang merah itu terancam resesi ekonomi yang serius dan fatal.
Krisis di Ukraina, menurut IMF, menjadi alasan utama terjadinya resesi tersebut. Aneksasi Crimea dari Ukraina oleh Rusia telah menimbulkan kemarahan serius Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang berujung pada pemberian sanksi ekonomi. "Dana sekitar 100 miliar dolar AS akan meninggalkan Rusia sebagai dampak krisis Ukraina," demikian pernyataan IMF, hari ini.
Sanksi internasional terhadap Rusia, kata Kepala Misi IMF Antonio Spilimbergo, mengancam investasi langsung dan tidak langsung di negeri itu. Investor merasa khawatir atas krisis yang berkembang dan mereka memilih mencari negara lain untuk menyimpan uang mereka.
Pada triwulan pertama 2014 ini, IMF menyebut ekonomi Rusia mengalami kontraksi. "Rusia mengalami dua kuartal pertumbuhan negatif yang berarti telah terjadi resesi ekonomi," kata Antonio.
IMF memperkirakan tren pertumbuhan negatif ini masih akan berlanjut ke depannya. Hubungan antara Rusia dan Barat semakin buruk di mana AS bersama Eropa terus menjatuhkan sanksi.
IMF memotong perkiraan pertumbuhan Rusia menjadi 0,2 persen pada tahun ini dari 1,3 persen. Pada tahun depan, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Rusia hanya 1 persen. Ini belum termasuk rating kredit Rusia yang semakin buruk. Standard & Poor's telah memotong rating utang Rusia menjadi status 'sampah'.
Bank Sentral Rusia pun terpaksa menaikkan suku bunga bank menjadi 7-7,5 persen, dalam upaya untuk mempertahankan nilai tukar rubel. Sepanjang tahun ini, nilai rubel jatuh hingga 8 persen atas dolar AS.