Jumat 02 May 2014 15:18 WIB

BI Waspadai Peningkatan Impor di Kuartal II dan III

Petugas mengamati mobil-mobil impor yang telah diturunkan dari kapal pengangkut di Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta Utara, Kamis (3/4).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Petugas mengamati mobil-mobil impor yang telah diturunkan dari kapal pengangkut di Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta Utara, Kamis (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mewaspadai peningkatan aktivitas impor khususnya sektor migas pada kuartal II dan kuartal III 2014 yang berpotensi menambah defisit neraca transaksi berjalan.

"Yang harus kita waspadai adalah kuartal II dan kuartal III karena biasanya aktifitas impor akan lebih tinggi pada kuartal tersebut," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (2/5).

Mirza menilai, untuk mengantisipasi impor migas yang diperkirakan masih akan tinggi, pemerintah perlu terus menggenjot diversifikasi energi untuk tujuan jangka panjang. "Karena kalau tidak kita akan impor minyak terus, nah kalau impor minyak terus akan membebani neraca perdagangan dan pembayaran sehingga memang upaya diversifikasi energi ini harus dilakukan apakah itu gheotermal, apakah itu gas, apakah itu energi air, apakah matahari," ujar Mirza.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mengalami suprlus mencapai 673,2 juta dolar AS pada Maret 2014. Surplus tersebut disebabkan besarnya surplus sektor non migas sebesar 2,05 miliar dolar AS, sedangkan neraca perdagangan sektor migas mengalami defisit sebesar 1,37 miliar dolar AS.

Dari sisi volume perdagangan, maka pada Maret 2014 volume perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 38,08 juta ton. Hal tersebut didorong surplusnya neraca sektor nonmigas sebesar 38,53 juta ton, sebaliknya neraca perdagangan sektor migas defisit 0,45 juta ton.

"Tapi secara umum neraca perdagangan Februari kan surplus, Maret surplus, current account deficit  harusnya di kuartal I masih dalam perkiraan BI di sekitar 2 persen," kata Mirza.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement