Senin 21 Apr 2014 13:30 WIB

OJK: Indonesia Butuh Bank Syariah

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan perbankan syariah terus berkembang sepanjang 20 tahun terakhir. Selama itu juga makin terlihat bahwa kehadiran perbankan syariah menyokong financial inclusion di negara ini.

Wakil Direktur Penelitian Perbankan Syariah OJK, Nasirwan Ilyas menyampaikan Indonesia memang membutuhkan perbankan syariah. Syariah sangat membantu keterbukaan masyarakat terhadap sistem perbankan di Indonesia.

Ia menyatakan berdasarkan studi OJK, hampir 30 persen masyarakat Indonesia menyatakan lebih memilih perbankan syariah dibandingkan konvensional. Hal itu karena alasan agama, khususnya terkait riba dan spekulasi. ''Banyak Muslim di Indonesia lebih memilih emas atau menyimpan dibawah kolong bangku uang mereka karena alasan agama,'' tutur dia dalam kursus Islamic Banking and Finance for Asia-Middle East Dialogue, Senin (21/4).

Alasan kedua menurut dia adalah memberikan alternatif bagi masyarakat untuk memilih jenis perbankan (financial deepening). Perbankan syariah menurut dia memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri seperti gadai emas, produk mudharabah atau bagi hasil dan bahkan musyarakah mutanaqisah (MMQ).

Selain itu, keberadaan bank syariah memberikan instrumen fasilitas bagi modal asing masuk ke Indonesia. Ia menyampaikan pemodal besar asal Timur Tengah mulai mencari lokasi lain untuk menanamkan modal selain di Amerika Serikat dan Amerika Serikat. Khususnya setelah Peristiwa 11 September 2011, dimana AS menerapkan kebijakan anti terorisme yang menyebabkan pemodal Timur Tengah tak nyaman.

Salah satu negara yang memanfaatkan ini adalah Malaysia. Malaysia sering kali menerbitkan sukuk untuk menyerap likuiditas ini. Tak hanya Malaysia, kini negara seperti Hong Kong, Inggris dan Jepang juga memilih menggunakan kesempatan ini untuk menyerap dana besar dari Timur Tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement