Selasa 15 Apr 2014 11:41 WIB

Penjualan Properti Indonesia Melemah

Pameran Properti.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pameran Properti. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjualan properti di Indonesia melemah pada awal tahun 2014 diperkirakan mengikuti pergerakan siklus pasar properti yang menunjukkan penurunan setelah terjadinya peningkatan pesat pembelian properti pada tahun-tahun sebelumnya.

"Penjualan properti awal tahun 2014 merosot 49 persen," kata Direktur Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda, Selasa (15/4).

Menurut dia, sejak awal tahun 2013 pihaknya telah memprediksi akan terjadi perlambatan pasar properti dan perumahan di tahun 2014, menyusul telah tingginya harga properti.

Ali Tranghanda berpendapat bahwa melemahnya pasar properti karena memasuki kejenuhan pasar pada awal tahun 2014.

"Siklus pasar yang terjadi merupakan sebuah pergerakan siklus yang normal setelah peningkatan pertumbuhan harga properti mencapai puncaknya di semester dua tahun 2013," kata Direktur Indonesia Property Watch.

Ia juga mengingatkan bahwa harga tanah di beberapa proyek perumahan terjadi perlambatan atau pertumbuhan yang relatif rendah yaitu 20-25 persen dan diprediksi terus melambat satu-dua tahun ke depan.

Sebelumnya, penjualan sektor properti Indonesia pada 2014 diperkirakan melambat sementara kondisi ekonomi makro akan membaik, kata Managing Director Corporate Strategy & Services Sinar Mas Land, Ishak Chandra.

"Penjualan akan melambat pada 2014 karena berbagai faktor," kata Ishak Chandra di Jakarta, Senin (10/3).

Menurut Ishak, sejumlah faktor yang mengakibatkan perlambatan tersebut pada 2014 antara lain karena kebijakan "loan to value" (LTV) dari Bank Indonesia serta adanya penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu).

Namun ia juga mengemukakan bahwa dari sisi perekonomian makro, Indonesia dinilai akan terus membaik dengan pertumbuhan di atas lima persen.

Padahal hanya sedikit saja negara yang diperkirakan tingkat pertumbuhan ekonominya akan dapat melampaui Indonesia pada 2014 seperti Cina dan Filipina.

Ia memaparkan indikator lain yang menunjukkan bahwa perekonomian membaik adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari 5,5-5,9 persen pada tahun 2013 menjadi 5,8-6,2 persen pada 2014.

Sejumlah indikasi lainnya yang bakal menunjukkan perbaikan ekonomi adalah inflasi yang diperkirakan menurun dari 9,8 persen pada 2013 menjadi 4,5 persen pada 2014, dan suku bunga acuan yang diprediksi menurun dari 7,25 persen pada 2013 menjadi 5,5 persen pada 2014.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement