Senin 07 Apr 2014 16:16 WIB

Pertahankan BI Rate

Rep: Satya Festiani/ Red: Julkifli Marbun
BI Rate (ilustrasi)
Foto: Antara
BI Rate (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) berharap suku bunga acuan atau BI rate tetap dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI mendatang. BI akan melakukan RDG pada Selasa (8/4) besok.

"Menurut saya sementara bisa dipertahankan," ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja yang ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BCA di Kempinski, Senin (7/4). BI rate saat ini berada pada level 7,5 persen.

Menurut dia, kondisi makroekonomi Indonesia, seperti inflasi, sudah cukup membaik sehingga tidak ada alasan BI menaikan BI rate. Nilai tukar rupiah juga sudah stabil. Dalam kurs tengah BI, rupiah ditransaksikan pada Rp 11.282 per dolar AS. Selain itu, Jahja menilai kondisi likuiditas di perbankan juga membaik. "Likuiditas juga nggak seperti akhir tahun lalu," ujarnya.

Sementara itu, Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono memprediksikan BI rate akan dipertahankan karena inflasi sudah turun ke 7,32 persen. "Oleh karena itu, belum memerlukan perubahan BI rate," ujarnya.

Ia juga menilai, nilai tukar rupiah saat ini sudah cukup aman, tidak terlalu mahal (overvalued) dan tidak terlalu lemah (undervalued). Cadangan devisa, kendati turun ke 102,6 miliar dolar AS, juga masih cukup aman.

Kendati situasi makroekonomi Indonesia membaik, ia belum melihat BI rate akan turun. Pasalnya, AS mengalami perbaikan ekonomi sehingga Bank Sentral AS, the Federal Reserve (the Fed) kemungkinan akan menaikan suku bunga. "Masih ada tarikan sentimen membaiknya perekonomian AS membuat kurs dolar AS menguat," ujarnya. Menurut Tony, jika BI rate diturunkan sekarang, rupiah dikhawatirkan merosot tajam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement