Kamis 03 Apr 2014 15:51 WIB

Thailand Picu Perang Harga Beras

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Beras Thailand
Foto: Antara
Beras Thailand

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand berencana akan menjual stok beras di tengah rendahnya harga beras Asia. Hal ini akan mendorong penurunan harga sampai ke level terendah selama enam tahun terakhir. Kehadiran beras Thailand bakal memicu perang harga dengan beras Vietnam dan India.

Pemerintah Thailand akan menjual sekitar 1 juta metrik ton beras per bulan. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan rata-rata ekspor tahun lalu sebesar 558 ribu ton. Harga acuan beras Thailand sudah lebih rendah dibandingkan India dan Vietnam. Asosiasi Eksportir Beras Thailand (TREA) memperkirakan harganya jatuh 11 persen menjadi 350 dolar AS per ton pada Mei mendatang.

"Kita akan melihat perang harga dengan Vietnam yang memangkas harga jual," ujar Presiden TREA Chookiat Ophaswongse, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (3/4).

Thailand mengakumulasi penjualan cadangan beras di tengah krisis negara ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara tersebut. Stok Thailand mencapai 12,8 juta ton per akhir 2013. Nilai ini setara dengan sepertiga pasar ekspor global.

Hal serupa juga terjadi pada gandum. Menteri Perindustrian dan Perdagangan Thailand menyatakan bakal menjual gandum dengan harga berapapun. Gandum Thailand dihargai 365 dolar AS per ton atau lebih rendah dari Vietnam seharga 385 dolar AS dan India 420 dolar AS.

Rendahnya kedua bahan pokok ini mendorong kompetisi ketiga negara. India perlu menurunkan harga sebesar 20 persen untuk dapat bersaing dengan beras Thailand. "Thailand sedang bersemangat melepaskan stok," kata ekonom senior International Grains Council yang berbasis di London, Darren Cooper.

Harga beras Thailand sudah jatuh sejak tahun lalu. Thailand mengeluarkan seluruh stoknya karena memerlukan uang. Filipina menjadi incaran terbesar Thailand. Negara ini memang importir beras terbesar ketiga setelah Cina dan Indonesia. Pada 15 April, Filipina akan mengadakan tender beras sebanyak 800 ribu ton.

Komisi Nasional Antikorupsi Thailand tengah menyelidiki tuduhan kepada Perdana Menteri Yingluck Shinawatra atas program subsidi kepada petani. Ia dituduh gagal membendung kerugian atas program tersebut.

Thailand sudah menjual 14 juta ton beras sejak program tersebut diluncurkan pertama kali. Pemerintah menghabiskan 880 miliar baht untuk subsidi beras sejak Oktober 2011 sampai Februari 2014. Berdasarkan Bank Pertanian dan Koperasi Pertanian, nilai ini termasuk 100 miliar baht yang belum dibayarkan kepada petani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement