REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini menjelaskan, permasalahan seputar subsidi bahan bakar minyak (BBM) tidak melulu harus diselesaikan melalui kenaikan harga.
Menurut Hendri, penyelesaian subsidi BBM dapat dilakukan melalui pengurangan volume konsumsi dan biaya produksi. "Selama ini tidak dilakukan, maka opsi yang dipilih hanya kenaikan harga," ujar Hendri kepada ROL, Kamis (3/4).
Menteri Perindustrian MS Hidayat kemarin melontarkan wacana kenaikan harga BBM. Salah satu tujuannya agar beban pemerintahan selanjutnya berkurang. Hendri membenarkan, jika keputusan itu diambil, akan memudahkan pemerintahan selanjutnya. "Tapi, bagaimana dengan masyarakat? Yang kita selamatkan itu bukan APBN, tapi ekonomi," kata Hendri.
Lagi pula, ujar Hendri, kenaikan harga BBM pada Juni 2013 tidak mengurangi volume konsumsi karena pertumbuhan terus bertumbuh. Hendri menjelaskan, beragam cara bisa dilakukan untuk mengurangi subsidi BBM. Misalnya, konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) maupun peningkatan kapasitas biodiesel di dalam negeri.
Selain itu, menurut Hendri, pengurangan subsidi BBM membutuhkan kerja sama lintas sektor yang solid. Misalnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meminta PT Pertamina (Persero) memperbaiki tata niaga dengan mengurangi ekspor untuk menekan tingginya impor.