REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo) menaikkan rating peringkat Bank DKI dari id A+ menjadi id AA-. Tak hanya itu, lembaga ini juga menaikkan rating Obligasi VI tahun 2011 yang belum jatuh tempo dari id A+ menjadi id AA- . Tarmasuk juga peringkat obligasi Subordinasi II/2011 Seri A dan Seri B yang belum jatuh tempo dari id A menjadi id A+.
Peningkatan peringkat tersebut didorong oleh adanya perbaikan yang berkelanjutan dari profil permodalan dan kualitas aset Bank DKI. Prospek “stabil” ditetapkan atas peringkat Bank. Peringkat tersebut mencerminkan dukungan yang kuat dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pemegang saham pengendali bank berupa setoran modal sebesar Rp 800 miliar di tahun 2013 dan rencana Pemprov DKI memberikan tambahan modal sebesar Rp 1 triliun di tahun 2014 serta kuatnya pasar captive Bank DKI di Provinsi DKI Jakarta serta profil likuiditas Bank DKI yang kuat.
Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh tingkat profitabilitas yang moderat dan sumber pendanaan yang relatif terkonsentrasi. Pefindo menilai Bank DKI memiliki kemampuan untuk melunasi Obligasi Subordinasi II/2011 yang akan jatuh tempo pada bulan Juni 2014 menggunakan arus kas yang dihasilkan dan aset likuidnya.
Direktur Utama Bank DKI, Eko Budiwiyono menyambut positif adanya kenaikan peringkat tersebut. Menurutnya dengan adanya kenaikan rating tersebut, diharapkan akan semakin menaikkan tingkat kepercayaan masyarakat, nasabah dan dunia usaha kepada Bank DKI.
Eko menuturkan bahwa pesanan atas Obligasi VI dan Obligasi Subrodinasi II tahun 2011 dengan total nilai sebesar Rp750 Miliar Rupiah mengalami oversubscribed dan dana dari obligasi tersebut telah dimaksimalkan untuk penyaluran kredit. Eko juga menjelaskan bahwa Bank DKI siap melunasi kewajiban Obligasi VI/2011 Seri A senilai Rp125 yang akan jatuh tempo pada 17 Juni 2014.
Eko Budiwiyono menyebutkan, tahun 2013 kemarin, Bank DKI menyalurkan kredit sebesar Rp 20,02 triliun, meningkat sebesar 37,57% dari Rp14,55 triliun ditahun 2012. “Pertumbuhan penyaluran kredit ini bahkan berada diatas rata-rata industri perbankan di Indonesia ataupun jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan Bank Pembangunan Daerah” ujar Eko.
Bank DKI di tahun 2013 juga memperoleh peningkatan laba yang impresif. Per Desember 2013 Bank DKI mampu mencetak laba sebelum pajak sebesar Rp801 miliar di tahun 2013 tumbuh signifikan 77,61% dari Rp451 miliar di tahun 2012. Pertumbuhan total aset Bank DKI juga meningkat sebesar 15,51% dari Rp. 26,62 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp.30,74 triliun pada akhir tahun 2013. Di tahun 2014 Bank DKI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 27,2% dengan memilih sektor yang tidak rentan terhadap guncangan perekonomian Indonesia seperti sektor retail.