REPUBLIKA.CO.ID, PANGKAL PINANG -- Pemerintah menilai kebijakan penjualan timah satu pintu menguntungkan Indonesia. Karena sebelum implementasi kebijakan penjualan dan ekspor melalui bursa timah Indonesia, harga ditentukan pasar di London.
Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Junaedi menyampaikan selama enam bulan implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri 32/2013 berjalan hasilnya sangat baik. Mayoritas produsen timah batangan telah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia.
Selain itu, tujuan utama pembentukan bursa lokal agar harga yang terbentuk bisa menjadi harga acuan global tampaknya mulai tampak di depan mata. Karena rata-rata harga penjualan timah di Bursa Timah Indonesia saat ini 23.200 dolar AS per metrik ton. Sementara harga timah di London Metal Exchange hanya 22 ribu dolar per metrik ton.
Padahal Indonesia, sebagai salah satu produsen utama bahan mentah timah selalu berpatokan kepada harga di London. Namun kehadiran bursa lokal justru membuat Indonesia diperhitungkan di mata global.
Apalagi penjualan dibuat secara transparan, adil dan dipertanggungjawabkan. ''Belum pernah ada komplain terkait produk maupun surveyor (Sucofindo dan Surveyor Indonesia),'' tutur dia usai membuka Tin Conference & Exhibition 2014 di Bangka, Selasa (11/3).
Berdasarkan data Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, semenjak dibuka Agustus 2013 total penjualannya mencapai 26.415 metric ton dengan jumlah mencapai 523 juta dolar. Sementara rata-rata penjualan per bulan mencapai 4270 metric ton.
Terkait pergerakan harga, pencapaian tertinggi mencapai 23.495 dolar dan terendah adalah 21.500 dolar per metrik ton. Dengan harga rata-rata 23.200 dolar per metrik ton.