Senin 10 Mar 2014 14:49 WIB

Indonesia Prioritas Utama Investor Properti

Kenaikan harga yang rutin membuat investasi properti masih jadi primadona.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Kenaikan harga yang rutin membuat investasi properti masih jadi primadona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Indonesia masih menjadi prioritas tujuan investasi sektor properti dibandingkan negara lain di kawasan Asia, kata Managing Director Corporate Strategy & Services Sinar Mas Land, Ishak Chandra.

"Berdasarkan data dan analisis, Indonesia masih menjadi prioritas utama investasi di Asia," kata Ishak Chandra di Jakarta, Senin (10/3).

Ishak memaparkan Jakarta dinilai masih menjadi nomor ketiga dalam prioritas teratas di Asia, setelah Kuala Lumpur (Malaysia) dan Bangkok (Thailand). Sedangkan dari sisi "gross rental yield per annum" (peningkatan harga sewa per tahun), Jakarta berada di posisi kedua teratas yaitu sebesar 7,05 persen per tahun setelah Manila (Filipina) yang sebesar 7,06 persen.

Peningkatan itu dinilai tinggi dibandingkan negara-negara lainnya karena yang terdekat dengan ketiga atau dalam posisi ketiga "gross rental yield per annum" adalah Bangkok dengan hanya 6,29 persen. Sementara dari jenis properti, ujar dia, aktivitas permintaan yang akan meningkat di Indonesia pada 2014 adalah "rental offices" (perkantoran sewa) dan "strata-title offices" (perkantoran hak milik).

"Yang permintaannya menurun adalah properti kawasan industrial, sedangkan yang lain-lain adalah stabil," katanya.

Ia memaparkan Sinar Mas Land juga secara khusus memperhatikan pembangunan proyek perkantoran, kondominium, industrial, ritel dan perumahan di Jakarta pada 2014. Ishak juga mengemukakan pembangunan sektor properti dinilai masih akan terus tumbuh pada 2014 meski prosesnya bakal melambat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Indonesia, tuturnya, juga masih jauh dari "bubble" properti yang ditandai dengan melonjaknya harga perumahan akibat meningkatnya permintaan dan spekulasi. "Kenaikan harga itu diibaratkan seperti gelembung udara yang terus membesar. Pada titik tertentu permintaan akan berhenti atau terjadi kelebihan pasokan rumah sehingga harga mulai menurun. Inilah yang kemudian diartikan gelembung mulai menyusut," ucapnya.

Karena itu, ujar dia, perusahaan properti juga harus peka terhadap situasi dan kondisi industri properti di Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement