REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyaluran kredit PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) tumbuh 24,9 persen dibanding 2012 menjadi Rp 250,64 triliun. Pertumbuhan kredit BNI berada di atas rata-rata pertumbuhan kredit industri sebesar 21,6 persen.
Direktur Utama BNI Gatot Suwondo mengatakan, alokasi kredit terbesar BNI ada di kredit korporasi yang mencapai Rp 112,23 triliun atau tumbuh 55,4 persen dibandingkan tahun 2012. Kredit korporasi tersebut sudah termasuk 116 debitur kredit medium BNI yang naik kelas ke kredit korporasi dengan nilai total mencapai Rp 10,3 triliun akibat peningkatan usaha bisnisnya.
"Kredit BNI terus tumbuh pada dua bidang utama, yakni business banking dan sektor konsumer dan retail," ujar Gatot dalam Paparan Kinerja 2013, Rabu (19/2).
Kredit untuk sektor Business Banking tumbuh 26,5 persen, sedangkan sektor konsumer dan retail banking tumbuh 15,5 persen. Gatot mengatakan kredit untuk sektor konsumer dan retail melambat karena adanya aturan LTV.
Pertumbuhan kredit BNI tersebut membuat loan to deposit ratio (LDR) meningkat dari 77,5 persen pada tahun 2012 menjadi 85,3 persen pada 2013. Kualitas kredit pun membaik, ditandai dengan menurunnya net NPL maupun gross NPL. Net NPL turun dari 0,8 persen pada 2012 menjadi 0,5 persen pada 2013, sedangkan Gross NPL turun dari 2,8 persen pada 2012 menjadi 2,2 persen pada tahun 2013.
Gatot mengatakan, sesuai prinsip kehati-hatian, BNI juga meningkatkan rasio pencadangan (coverage ratio) dari 123 persen pada 2012 menjadi 128,5 persen pada 2013.