REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Indonesia merupakan negara dengan potensi tuna tertinggi di dunia. Tercatat, total produksi tuna mencapai 613.575 ton per tahun dan nilai sebesar 6,3 triliun rupiah per tahun.
Dengan didukung wilayah geografis yang mencakup dua samudera kunci untuk perikanan tuna yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, Indonesia menjadi negara penting bagi perikanan tuna global baik dari sisi sumberdaya, habitat dan juga perdagangan internasional sangat diperlukan dalam upaya penyelamatan sumberdaya dan bisnis tuna ini.
Tuna adalah jenis ikan yang pengelolaannya merupakan tanggungjawab bersama antar bangsa. Untuk itu status pengelolaan perikanan tuna nasional selalu menjadi pantauan dari lembaga pengelolaan perikanan regional (RFMOs - Regional Fisheries management Bodies) yang mempunyai mandat untuk pengaturan pengelolaan tuna global.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), Achmad Poernomo, saat ini monitoring pendaratan tuna dilakukan terhadap 16 perusahaan Indonesia maupun di luar ZEE Indonesia.
"Dengan berpedoman pada hasil penelitian ini, untuk mendapat hasil tangkapan yang berlimpah, nelayan tuna tinggal mengatur kedalaman pancingnya. Jika sesuai dengan suhu dan kedalaman optimumnya, maka akan diketahui jenis tuna yang bakal tertangkap," ujarnya.
Sedangkan subpopulasi Samudera Hindia barat Sumatera merupakan populasi yang berasal dari Samudera Hindia. "Dari hasil analisa gonad, terlihat bahwa musim pemijahan ikan tuna mata besar di Samudra Hindia (barat Sumatera dan selatan Jawa) diduga terjadi sepanjang tahun," katanya.