Ahad 16 Feb 2014 20:33 WIB

Konversi Gas, Indonesia Kalah Jauh Dari Thailand

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Nidia Zuraya
Petugas mengisi bahan bakar gas ke sebuah mobil di Stasiun Pengisian BBG (SPBG), Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Ismar Patrizki/Antara
Petugas mengisi bahan bakar gas ke sebuah mobil di Stasiun Pengisian BBG (SPBG), Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia tertinggal jauh dari Thailand dalam proses konversi gas. Berdasarkan data Januari 2013, Thailand telah memiliki Stasiun online CNG sebanyak 112 unit, Stasiun utama (mother station) CNG sebanyak 20 unit, dan statiun cabang sebanyak 351. Total mereka memiliki 483 unit stasiun CNG. Sementara Thailand sudah memiliki 352.625 kendaraan yang berbahan bakar gas.

Sedangkan Indonesia hanya 5.690. Padahal Indonesia sudah mencanangkan program konversi gas semenjak 1987. Kasubdit Penyimpanan Migas Kementerian ESDM, Yusep K Caryana, menyatakan Indonesia memang tertinggal jauh. Padahal pemerintah sudah maksimal dalam program ini termasuk membagikan 2 ribu converter kit kepada kendaraan BUMN dan BUMD. Sayangnya infrastruktur stasiun pengisian gas masih menjadi kendala.

Belum lagi anggapan masyarakat yang menganggap gas lebih berbahaya dari BBM. Padahal jika dihitung penggunaan bensin sebanyak 20 liter per hari yang mencapai Rp 130 ribu tak sebanding jika menggunakan gas sebesar 20 LSP yang hanya 62 ribu. ''Masyarakat bisa menghemat sebesar 52 persen,'' tutur dia akhir pekan ini.

Pemerintah sendiri sudah menargetkan pembangunan SPBG kembali di 2014. Sampai dengan 2013, total ada 32 SPBG dan 6 Mobile Refueling Unit (MRU). Sedangkan di 2014 akan ada penambahan 39 SPBG dan 7 MRU, sehingga total akan ada 71 SPBG dan 13 MRU.Sementara penyediaan sudah menyediakan 35,15 juta kaki kubik gas untuk kendaraan bermotor di 2014. Meski penggunaan masih minim, namun penyediaan akan ditingkatkan menjadi 39,5 juta kaki kubik di 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement