REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupiah terapresiasi 1,3 persen menjadi Rp 11.825 dolar AS dalam penutupan perdagangan pada Jumat lalu. Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat Rp 11.886 per dolar AS, menguat 187 poin dari level yang ditransaksikan hari sebelumnya.
Ekonom dari PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menilai, rupiah memiliki peluang untuk terus menguat menuju kisaran Rp 11.750 per dolar AS. "Saya kira kalau mengacu pada arah perkembangan fundamental ekonomi RI, ada peluang rupiah terus menguat," ujar Ryan, Ahad (16/2).
Fundamental ekonomi Indonesia dinilai telah membaik. Defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2013 menurun tajam menjadi 1,98 persen dari PDB. Inflasi Januari, kendati tinggi, yakni 1,07 persen, dinilai masih akan sesuai dengan sasaran inflasi BI untuk keseluruhan tahun sebesar 4,5 ± 1 persen.
Ryan mengatakan, rupiah masih akan terus menguat asalkan inflasi melandai menuju 6 persen untuk tahun ini. Defisit transaksi berjalan pun harus dapat ditekan pada kisaran 2,5 - 3 persen untuk keseluruhan tahun.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, perbaikan transaksi berjalan membawa fundamental yang lebih baik sehingga nilai tukar rupiah dapat terapresiasi. Namun, BI masih akan menjaga kebijakan moneter yang ketat dan mewaspadai inflasi. "Volatile food atau pangan harus diwaspadai khususnya pada musim yang kurang bersahabat. Kita juga perlu mewaspadai inflasi akibat pass through depresiasi rupiah pada 2013," ujar Agus.
BI juga mewaspadai inflasi yang disebabkan oleh penyesuaian harga seperti kenaikan harga elpiji dan tarif tenaga listrik (TTL). Namun, BI masih meyakini target inflasi masih dapat dicapai.